Selasa, 31 Juli 2012

DAJJAL ADA DI SEGITIGA BERMUDA


              Tahukah kamu Dimana Ujung dari Dunia ini,Segitiga Bermuda adalah Ujung dr Dunia ini,di mana letakny di tengah-tengah antara Arah Timur & Barat,Benua Afrika yg Menjadi Lambang dari Ujung timurny Dunia dan Benua Amerika yG menjadi Lambang dari Negara Barat.letakny di Samudra atlantik.di mana Arus hangat dari Afrika bertemu dngn Arus Dingin dari Amerika.sprti yg di terangkan Oleh hadist Nabi saw : bahwa tempat trsbt adalah tempat yg paling di sukai oleh setan untuk mendirikan sebuah Kerajaan.itu Sebabny pesawat terbang dan kapal laut yg melintasi wilayah ini slalu hilang Secara Misterius.hingga Amerika Serikat,Inggris & Jerman mereka bergabung dngn maksud ingin membongkar rahasia segitiga bermuda.mereka membuat satelit khusus guna menyingkap misteri bermuda dan memantau tempat2 trtentu di muka bumi.akan tetapi sekali waktu,tiba2 saja dngn sangat mengejutkan pesan2 dan suara yg di tangkap satelit saat melintasi wilayah segitiga bermuda terputus begitu saja.Profesor Wyne mitchgeon di tugasi untuk meneliti peristiwa ini.Hasil penelitianya menyimpulkan bahwa,"Kita sedang berbicara dngn sesuatu kekuatan yang sangat besar dan tanpa batas,dan kita tidak tw sedikitpun tentang itu".
 kendati satelit itu pun tetap mengirimkan gambar tentang awan dan lapisan tanah,melalui sinar infra-merah,namun gambar yg di kirimny trnyta trtangkap di bagian bumi yg berhadapan padahal pemotretan satelit itu di tujukan ke kawasan segitiga bermuda.yg pertama di alaska yg kedua di Virginia.seluruh pesan yg di kirimny tidak trputus kecuali satelit saat melintasi daerah bermuda.di layar monitor hanya terlihat medan luas yang kosong dan sunyi.akan tetapi yg lebih penting dari itu adalah bahwa satelit trsebut mengirimkan gambar yg sangat aneh,dan itu trjadi ketika ia melintasi wilayah bermuda.Di layar monitor terletak satu daratan luas yg trletak tepat di segitiga bermuda ini.tentu saja sangat mengejutkan.adalah sangat mustahil bahwa di samudra dan daerah kosong sprti itu trdapat daratan yg luas.
 seiring dngn munculny gambar di layar monitor trsebut,segera di bentuk tim ahli untuk meneliti daratan yg trletak bermuda itu.malangny di wilayah itu mereka tidak menemukan apapun kecuali hembusan angin kencang dan deburan ombak.yg lebih mengherankan lagi adalah bahwa,pada tahun 1966 Angkatan laut Amerika kembali melakukan survei trhdp wilayah brmuda.untuk itu di kerahkanlah detektor suara yg sangat canggih ke arah brmuda.Ternyata yg tertangkap oleh peralatan canggih ini hanyalah suara-suara hiruk-pikuk dan tak di kenal.yg tak ada hubungany sama sekali dngn suara di dasar laut yg prnah di kenal manusia.akhirny tahulah mereka bahwa mereka sedang berhadapan dngn mahluk-mahluk asing yg tidak di ketahui siapapun kecuali penciptanya..yaitu Allah swt.(di kutip dari Buku"Berdialog dngn Jin Muslim"karya M.Isa Daud).

peristiwa yg pernah terjadi di segitiga bermuda :
  

 Badai Aneh yg sering menyerang & menenggelamkan kapal2 yg melintasi kawasan segitigabermuda/segitiga setan..
Beberapa kapal & pesawat yg hilang di bermuda :
1.tahun 1952 kapal USS Cyclops (AC-4)Lenyap di laut berbadai,namun sebelum berangkat menara pengawas mengatakan bahwa lautan tenang sekali,tidak mungkin terjadi badai sangat baik untuk pelayaran.
2.tahun 1956 pesawat terbang penumpang British

york Transfort Lenyap dengan 33 penumpang setelah melintasi bermuda.
3.tahun 1960 US Air Force KB-50,sebuah kapal tangker lenyap.
4.Tahun 1970 kapal barang perancis Milton Latrides lenyap berlayar dari neworleans menuju Capetown.
5.tahun 1976 kapal SS.Sylvia L.ossa Lenyap yg tertingal hanya kapal kosong tanpa penumpang dan awakny yg mengapung2 di atas laut 140mil sebelah barat bermuda.betapa menakutkany segitiga bermuda tapi kita harus takut pada yg menciptakany yaitu Allah swt
Menurut sebuah naskah kuno menyatakan bahwa Raja Iskandar Agung pernah mencoba Masuk ke kawasan segitigabermuda trsbt.dan sekembaliny mereka mengatakan bahwa tmpt itu berpasirkan permata dan berbatukan berlian,tempat yg d penuhi kabut putih tebal trsbt sangat indah untuk d pandang tapi sangat berbahaya untuk d datangi..waallahu a'lam bi sawab.
 Menurut Syaikh Imam Ma'rifatullah Al-Arasy,segitigabermuda merupakan titik tempat terUJUNG dari Dunia ini.di tengah kawasan trsbt trdapat sebuah pulau berpasir dan di pulau itu trdapt sebuah telaga yG airny dapat membuat siapa saja yg meminumny menjadi panjang Umur,dan di tempat itu pula Nabi khidir bertahta menjaga Ainul Hayat atau air kehidupan dan menurut cerita Air itu juga yg membuat Nabi khidir Bisa hidup sampai sekarang.Waallahu A'lam bi sawab..
         Dalam hadist yg di riwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW brsabda:"tempat di mana terjadiny pertemuan Antara suhu panas dan dingin Adalah tempat yg paling di gemari Oleh Syetan".sedangkan Syetan adalah musuh Manusia yg nyata.karena Menurut beberapa pendapat ada yg mengatakan Bahwa segitiga bermuda merupakan lautan pusat bertemunya dua Arus air panas dari Afrika dan dingin dari Amerika
Utara,karena segitigabermuda terletak di Lautan samudra Atlantik.sprti dikutip dari buku "Berdialog dngn Jin Muslim"di tulis oleh M.Isa daud.Bahwa di kawasan trsbt terdapat kerajaan Iblis terbesar dan tertua,di mana siapa saja orang yg melintasi wilayah trsbt akan di culik untuk di jadikan budak dan pemuas nafsu penghuni tempat trsbt.Waallahu a'lam bi sawab..

 Segitiga bermuda terkadang juga di sebut segitiga syetan adalah sebuah wilayah lautan di samudra atlantik seluas 1,5juta Mil2 atau 4Juta Km2 yg membentuk sebuah garis segitiga antara bermuda wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik sebelah utara,Puertoriko teritorial Amerika serikat sebagai titik sebelah selatan dan Miami negara bagian florida Amerika serikat sebagai titik sebelah barat..di mana di kawasan tersebut sering terjadi kehilangan pesawat dan kapal2 secara Misterius saat melintasi segitigabermuda trsebut..dan pelayar pertama yg selamat saat melintasi segitiga bermuda adalah Christopher colombus..Subhanallah"..
        Pada masa pelayaran Christopher colombus ketika melintasi areal segitiga bermuda,salah satu awak kapalny mengatakan melihat cahaya aneh yg berkemilauan di cakrawala,beberapa orang mengatakan telah mengamati sesuatu seperti meteor yg berjatuhan dari langit.dalam catatan ia menulis bahwa peralatan navigasi tidak berfungsi dngn baik,seperti jarum kompas yg berputar-putar tidak dapat menentukan arah padahal saat itu suasana laut sdang tenang..
 Lubang Air Raksasa yg Muncul di Kawasan bermuda Menghisap Benda Sebesar Apapun yg lewat di Sekitarny,waallahu a'lam bi sawab(hny Allah yg maha tahu)..
        Kenapa di sebut segitigabermuda ?karena kawasan Maut trsebut membentuk Sebuah Segitiga di kawasan laut Bermuda di Samudra Atlantik.di mana dahulu terdapat sebuah benua atlantis yg megah dan berperadaban tinggi,negara itu sangat makmur loh jinawi hingga tembok2ny terbuat dari emas dan perak,tapi akibat kesombongan penduduk negri itu,akhirny dalam waktu satu hari satu malam kota megah itu di tenggelamkan oleh Allah swt dngn gempabumi dan banjir besar dan kota Atlantis yg megah itupun musnah dan tenggelam kedasar lautan bersama peradabanny kedasar samudra atlantik yg tersisa kini hanyalah puing2 kota mati di dasar samudra trsbt,Allahu Akbar..
  
Pusaran Angin Misterius di kawasan segitigabermuda Membuat Pesawat Apa saja yg Melewatiny Tersedot & Jatuh Ke dalam Samudra,Waallahu a'lam bi sawab(hny Allah yg Maha tahu)...
  
Menurut beberapa Muslimin Meyakini hadist ini,yg di anggap telah menjawab semua tentang misteri segitiga bermuda trsbt.sgala kejadian2 & keanehan yg sering terjadi di sebabkan adanya pertemuan arus air panas & dingin yg menjadi tempat yg di sukai Oleh syetan,kemudian di katakan pula dalam Bukuny M.Isa Daud bahwa Kerajaan Iblis tertua dan terbesar terdapat di segitigabermuda di mana DAJJAL pada saat sekarang menetap di segitiga bermuda itu sampai pada menjelang Akhir jaman Ia akan keluar.waallahu a'lam bi sawab
         
        Salah satu kisah yg trkenal dalam banyak kasus misterius mengenai hilangny pesawat dan kapal yg melintasi laut bermuda adalah penerbangan 19,sebuah kesatuan angkatan udara dari lima pesawat pembomb milik angkatan laut AS yg dirancang khusus agar dapat mengapung di atas air.penerbangan itu terakhir kali terlihat saat lepas landas di fort lauderdale,florida pada tanggal 5 desember 1945,namun tiba2 dngn mudah menghilang di kawasan laut bermuda setelah mengirimkan laporan mengenai gejala pandangan yg aneh dan tidak masuk akal,seperti benda asing yg brsinar mengelilingi pesawat sebelum kontak dngn menara pengawas terputus dan pesawat lenyap,setelah itu di kirim regu penyelamat untuk mencari penerbangan trsbt,karna mereka mengira pesawat trsbt jatuh dan msh mengapung-ngapung di atas lautan,namun bukan hanya penerbangan 19 saja yg hilang tapi regu penyelamat juga ikut Lenyap.
lailahailallah..semenakutkan apapun segitigabermuda tp kita harus takut pada yg menciptakan segitigabermuda trsbt yaitu Allah Swt.
 

Senin, 30 Juli 2012

KISAH NABI KHIDIR A.S BERUMUR PANJANG

Bahwa Nabi Khidir itu berumur panjang dan masih hidup sampai sekarang masih diyakini sebagian besar kaum muslimin pada umumnya, khususnya umat muslimin Islam tradisional di Indonesia.Kisah-kisah tentang Nabi Khidir ii terus menarik perhatian semua orang karena keunikannya.

Berikut ini di tuturkan kisah asal mula Nabi Khidir bisa berumur panjang, walau semua itu tidak lepas dari kehendak Allah SWt.
Kisah ini diriwayatkan ole Ats-tsa labi dari imam Ali, yang bermula dari Raja Iskandar Zulkarnain yang disebut The Great Alexander (Iskandar yang agung). Sebutan The Great Alexander kepada Raja Iskandar Zulkarnain karena beliau adalah seorang kaisar yang mampu menaklukkan dunia barat dan timur.Beliau disegani dan ditakuti orang di seluruh dunia pada zamannya.Walau demikian, posisi ini tidak menjadikan beliau sombong, beliau adalah salah seorang raja yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Suatu ketika raja Iskandar Zulkarnain pada tahun 322 SM berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi (istilah ke tepi bumi ini disebut orang sebelum Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1492 pada saat itu anggapan orang bumi itu tidak bulat). Allah mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rafa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Zulkarnain.

Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang dan raja Iskandar Zulkarnain berkata kepada malaikat Rafa’il : “wahai malaikat Rafa’il ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit.” Malaikat Rafa’il berkata:”ibadah para malaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya. Ada yang sujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya.” Mendengar keterangan ini Raja termenung. Dalam benaknya timbul keinginan bisa melakukan hal yang sama seperti malaikat. Niatnya hanya satu agar dapat beribadah kepada Allah. Lalu malaikat Rafa’il berkata: “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air di bumi, namanya Ainul hayat yang artinya sumber air hidup, maka barang siapa yang meminumnya seteguk,maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia memohon kepada Allah agar supaya dimatikan.”
Kemudian raja bertanya kepada malikat Rafa’il:” apakah kau tahu dimana tempat ainul hayat itu.” Malaikat rafa’il menjawab: “ Bahwa sesungguhnya Ainul hayat itu berada di bumi yang gelap.”Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rafa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan alim ulama pada zaman itu. Raja bertanya kepada mereka tentang Ainul hayat itu tetapi mereka menjawab: kita tidak tahu kabarnya, namun ada seorang yang alim di antara mereka menjawab :” sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap.” Dimanakah tempat bumi yang gelap itu ? Tanya raja. Dan dijawab, yaitu di tempat keluarnya matahari.

Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya: “ kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap? Dan sahabat menjawab, yaitu kuda betina yang perawan. Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang masih perawan, lalu raja memilih di antara tentaranya yang sebanyak 6000 orang dipilih yang cendekiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya. Setelah menempuh perjalanan jauh maka mereka jumpai dalam perjalanan,bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat. Kemudian mereka tidak berhenti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam.

Kemudian seorang yang sangat cendekiawan mencegah raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya berkata kepada raja. “ Wahai raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini karena tempat ini gelap dan berbahaya “. Raja berkata : “Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak “. Kemudian raja hendak masuk, maka mereka semua membiarkannya siapakah yang berani membantah perintah maharaja yang disegani dunia barat dan dunia timur. Kemudian raja berkata kepada pasukannya : “ Diamlah, kalian di tempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa 12 tahun itu maka kita pulang bersama, jika aku tidak datang selama 12 tahun maka pulanglah kembali ke negeri kalian.

Kemudian raja berkata kepada Malaikat Rifail : “ Apabila kita melewati tempat yang gelap ini apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ? “. “ Tidak bisa kelihatan “ , jawab Malaikat Rifail : “ Akan tetapi aku memberimu sebuah mutiara, jika mutiara itu ke atas bumi maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras dengan demikian maka teman-teman kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian” . Kemudian Raja Zulkarnain masuk ke tempat tersebut dengan didampingi oleh Nabi Khidir. Disaat mereka jalan Allah memberikan wahyu kepada Nabi khidir As, “ Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat itu Aku khususkan untuk kamu “. Setelah Nabi Khidir menerima wahyu tersebut kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya : “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian “.

Lalu beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidir turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “ Ainul Hayat “ ( sumber air hidup ) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air hidup tersebut maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis dibanding madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain sedangkan raja tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Nabi Khidir As yaitu pada saat Nabi Khidir melihat Ainul Hayat dan mandi.

Raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdenganr oleh Raja suara gemericik di bawah kaki kuda. Kenudian Raja berkata kepada Malaikat Rafail “ Suara apakah yang gemerincing di bawah kaki kuda tersebut ? “, Malaikat Rafail menjawab : “ gemericik adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya niscaya ia akan menyesal juga. Suara gemericik itu membuat orang jadi penasaran namun semua orang ragu-ragu dalam mentukan sikapnya, mengambil benda itu atau tidak ?. Kemudian diantara pasukan ada yang mengambilnya namun hanya sedikit setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu ternyata bahwa benda tersebut adalah permata yakut berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau; maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, apalagi para pasukan yang tidak mengambilnya pasti lebih menyesal lagi kenapa mereka begitu bodoh tidak mengambil permata yang mahal harganya itu.

Demikianlah kisah asal mula Nabi Khidir berumur panjang. Bukti bahwa Nabi Khidir berumur panjang adalah dari adanya kisah-kisah yang menyebutkan bahwa beliau sudah ada sejak zaman Nabi Musa As, lalu beliau juga pernah bertemu dengan Rosullullah SAW dan bahkan pernah berguru Ilmu Fiqih kepada Imam Anu Hanifah.


Sumber : Abu Khalid. MA

KISAH PANEMBAHAN SENOPATI & KANJENG RATU PANTAI SELATAN part2(end)



kisah sebelumnya...

(1)   “Dhuh mas mirah aja sumlang ati, titenana ingong, lamun supe marang sira Angger, marcapada myang delahan Yayi, nggoningsun mangabdi, ditulus sihipun.
“Dhuh emas merahku jangan khawatir hatimu, lihatlah saya, jika lupa kepadamu, dari dunia sampai akherat Dinda, aku mengabdi cinta tulus.
(2)     Nadyan ingsun pas wus sugih krami, tur sami yu kaot, genging tresna wus tan liya Angger,  ingkang dadi teleng ingsun kang sih, mung andika Gusti, nggen sun ngawu-awu.
Walaupun saya sudah punya banyak isteri, dan cantik-cantik, besar cintaku tidak lain adalah kamu dinda, yang menjadi tanda kuat cinta, hanya dirimu adinda Gusti, kepadamu saya tergila-gila.
(3)    Malawija neng jro tilam sari, tan lengganing pangkon, mung pun kakang timbangana Angger, ingsun yekti anandhang wiyadi, dereng antuk jampi, tan lyan sira masku,
Kenapa saya berlebihan ditempat tidur, tidak melepaskan pangkuan, hanya kakanda pula daripada dinda, saya sungguh sedang menderita sakit, belum mendapatkan obat, tidak lain hanya lah kamu emasku,
(4)     Ambirata rentenging tyas kingkin, satemah sun-antos, nadyan kinen laju jrak neng kene, tan suminggah sakarsa mestuti, nging kapriye Yayi, solahe wadyengsun.”
Yang bisa menghilangkan hati sedih, jadi saya tetap menunggu-nunggu, walaupun harus berjalan jauh sampai disini, tidak ingin sembunyi berusaha, tetapi bagaimana dengan rakyatku Dinda.”
(5)   Narpaning dyah tyasnya lir jinait, kapraneng pamuwos, kemanisen kakung pangrengihe, (k.248) dadya luntur sihira sang dewi, mring kakung lon angling, “Pangran nuwun tumrun.”
Hati Ratu tersentuh, terpesona oleh perkataan senopati yang manis minta dimengerti, (k.248) menjadi pudar sihirnya sang Dewi, kepada senopati berkata pelan, “Pangeran saya minta turun.”
(6)     Sing ngembanan wus tumrun sang dewi, long lenggah sekaron, malih sang dyah matur mring kakunge, “Pangran nuwun ngapunten kang cehti, dene kumawani, dhoso gungan kakung.
Sang Dewi turun dari pengembanan/ bopongan, kemudian duduk diatas bunga, kembali Dewi berbicara kepada senopati, “Pangeran, saya mohon sungguh-sungguh dimaafkan, karena terlalu berani banyak kepada lelaki/senopati.
(7)    Datan langkung panuwuning cethi, sih tresnanya yektos, sampun siwah putra wayah tembe, tinulusna darbe cethi mami”, kakung ngraketi ngling, dyah ingras pinangku.
Tidak lebih permohonan saya, cinta kasih yang nyata, jangan berubah sampai anak cucu nanti, ketulusan menjadi milikku”, Senopati langsung memeluk, Dewi dipangku.
(8)      “Ya mas Mirah aja sumlang galih, sok bisaa klakon”, malih sang dyah matur mring kakunge, “Nggih Pangeran yen wus mangguh westhi, praptanireng jurit, mrih enggal lun tulung.”
“Ya emas merahku jangan khawatir hatimu, nanti akan terjadi”, Dewi berbicara lagi kepada senopati, “Ya Pangeran jika sudah menjadi sungkan nanti menghadapi perang, segera saya tolong.”
(9)    Magut sang dyah kakung lon winangsit, ubayaning temon, “Sedhakepa myang megeng napase, anjejaka kisma kaping katri, yekti amba prapti, ngirit wadya lembut.
Kepala Dewi mengangguk pelan sebagai tanda akhir pertemuan, “Sedekapkan tanganmu dengan menahan nafas, hentakkan kaki ke tanah 3 kali, saya pasti datang, membawa pasukan mahluk halus.
(10)      Lawan amba atur araneng jurit, mrih digbya kinaot, Tigan lungsungjagad nggih namine, dhinahara gung sawabe ugi, panjang yuswa yekti, kyating sara timbul.
Bersama saya serahkan pasukan, agar kekuatannya unggul, Telur Lungsung Jagad namanya, mendapat pengaruh besar juga, panjang umur pasti, kekuatan tumbuh pesat.
(11)   Lawan Lisah Jayengkatong nami, dewa kang sih mring ngong “, kalih  sampun ngaturken kakunge, Senapati sawusnya nampeni, langkung trustheng galih, antuk sraneng pupuh.
Dengan minyak Jayengkaton namanya, Dewa yang memberi padaku”, kedua hal itu sudah diberikan kepada senopati, sudah diterima oleh senopati, bertambah senang hatinya, mendapat sarana untuk perang.
(12)    Malih sang dyah mangsit marang laki, ngelmining kerato- (k.249) n, mrih kinedhep mring  lelembut sakeh, Senapati wus kadriyeng wangsit, wusana sang dewi, ngraket weceng kakung.
Kembali sang Dewi memberi pesan kepada senopati, ilmu dari keraton (k. 249), yang tersedia oleh semua mahluk halus, Senopati sudah menerima wangsit, selesainya Dewi memeluk erat Senopati.
(13)    “Dhuh Pangeran yen marengi karsi, ing panuwun ingong sampun age-age kondur mangke, wilangun lun yekti dereng dugi, paran polah mami, yen paduka kondur.”
“Dhuh Pangeran jika saya diperbolehkan meminta, saya minta jangan cepat-cepat pulang, menurut perhitungan saya belum sampai, seperti apa saya nanti, jika Paduka pulang.”
(14)    Raka ngimur mrih lipuri Yayi, “Adhuh mirah ingong kang sih tresna marang ing dasihe, myang sakjarwa wus sun trima Yayi, nging sun meksa amit, megat oneng masku.
Kanda Senopati menghibur Dinda Ratu, “Adhuh emas merahku yang aku cintai, saya sudah jelas menerima Dinda, hanya saja saya harus pamit, berpisah dengan mu emas merahku.
(15)  Aja brangta mirah wong akuning, lilanana ingong, ingsun kondur mring Mataram prajeng, nora lama mesthi nuli bali, mring pureng jeladri, tuwi dika masku,
Jangan sedih emas merah milikku, relakanlah saya, saya pulang ke kerajaan Mataram, tidak lama pasti akan kembali, ke puri samudera ini, menjenguk engkau emasku,
(16)   Saking labet datan betah mami, pisah lan mas ingong, sangking wrate wong mengkoni prajeng”, sang dyah ngungsep pangkyan ngling ing laki, “Pangran sampun lami, nggih nuntena wangsul.”
Saya sebenarnya sangat tidak kuat untuk berpisah dengan emasku, hanya karena berat beban saya menjaga menlindungi kerajaan”, Sang Dewi kemudian jatuh memeluk pangkuan Senopati, “Pangeran jangan lama, segera pulang kesini.”
(17)  Dugi nggusthi megat onenging sih, gya mijil sang anom Ratu Kidul ndherekken kondure, asarimbit kekanthen lumaris, rawuh Srimanganti, gya kakung nglingnya rum.
Sampai akhirnya Gusti Senopati mengakhiri kasih cinta, segera Ratu Kidul mengantarkan kepulangannya, saling menggandeng tangan harmonis, sampai di  Srimanganti, Senopati segera melihat sang Dewi penuh rasa kasih.
(18)     “Wus suntrima sihira Mas Yayi, nggennya ngater mring ngong, among ingsun minta sihirangger, srana tumbal usadaning kingkin”, sang dyah manglegani, sih katresnane kakung.
“Sudah saya terima sihir mu Dinda Mas, olehmu menghantar saya, hanya saya minta sihirmu, sebagai sarana tumbal obat sakit asmaraku”, Sang Dewi memberi cintanya kepada Senopati.
(19)     Atur gantyan manglungken sing lathi, tinampen waja (k.250) lon, geregetan ginigit lathine, sang dyah kagyat raka sru pinulir, purna kang karon sih, sewangan lestantun.
Bergantian memberi ciuman bibir, diterima gigi secara pelan, mencium menggigit mesra, Sang Dewi kaget pada Senopati, setelah bercumbu, kunjungan selesai.
(20)   Senapati praptanireng njawi, puranya sang sinom, sirna wangsul keksi samodrane, Senapati nggenya napak warih, lir mangambah siti, tinindakkira laju.
Senopati telah sampai diluar pura sang Dewi, kembali menghilang samudera dari penglihatan, Senopati berjalan diatas air, seperti memijak tanah, dia berjalan terus.
(21)  Senapati sakpraptaning gisik, wespadeng pandulon, kang pitekur neng Parangtritise, wus saestu lamun guru yekti, niyakaning Sunan Adilangu.
Senopati sampai dipinggir pesisir pantai, melihat dengan waspada kepada seseorang yang berdiri tegak di Parangtritis, sudah merasa yakin bahwa dia adalah Guru Senopati, yaitu Sunan Adilangu.
(22)  Senapati gepah nggen mlajengi, mring guru sang kaot, prapta laju, mangusweng padane, pamidhangan ngasta mring sang yogi, luwarnya ngabekti, lengser lenggah bukuh.
Senopati segera menghampiri maha guru, dengan segera memberi hormat tunduk, tangan guru menyentuh sang anak/ murid, sebagai tanda diterimanya bakti sang Senopati, bergeser duduk sopan.
(23)     Sunan Adi gya ngandika aris, “Jebeng sokur ingong, lamun sira katemu neng kene, sabab ingsun arsa anjarwani, pratingkah kang yekti, mrih arjaning laku.
Sunan Adilangu berbicara dengan bijaksana, “Aku bersyukur anakku, aku bertemu denganmu disini, sebab aku menanti-nanti, apa yang sebenarnya terjadi dengan perjalananmu.
(24)    Sira sinung digdaya lan sekti, ngluwihi sagung wong, sun prelambang samodra pamane, kita ambah tan teles kang warih, lir dharatan ugi, tyasnya aja ujub,
Kamu sangat ampuh dan sakti, melebihi semua orang, misalnya saja tanda samudera yang kamu injak tanpa basah dengan air, seperti daratan saja, tetapi ingatlah hatimu jangan angkuh
(25)    Riya kibir sumengah tan keni, segahe Hyang Manon, nabi wali uliya sedene, yen neraka tuk sikuning Widi, karseng Hyang piningit, bab catur piyangkuh.
Sombong, riya, congkak tidak boleh, dibenci oleh Hyang Manon, nabi wali Allah juga membenci, jika neraka mendapat laknat dari Hyang Widi, diharapkan oleh Hyang tersembunyi, bab pembicaraan yang angkuh.
(26)    (k.251) Wong gumedhe anglungguhi kibir, sapa padha lan ngon, larangane Hyang Sukma kang murbeng, kibir riya piyangkuhing jalmi, mrih ngalema luwih, keringan sawegung.
(k.251) Orang yang sombong melebihi kibir. Barang siapa yang patuh pada larangan Hyang Sukma yang menciptakan alam dan seisinya, sombong dan riya adalah keangkuhan manusia, minta dipuji-puji berlebihan, semuanya itu tidak lah pantas
(27)    Amemadha marang ing Hyang Widi, wong pambeg mengkono, kalokeng rat mring praja liyane, ujubira piyangkuh ngengkoki, gawoka kang ngeksi, lumaku gumunggung.
Mempersamakan diri dengan Hyang Widi, orang seperti itu disemayami derajat dari raja-raja yang lainnya, perlihatkanlah kepribadianmu yang tidak angkuh, terlihat mempesona, berjalan anggun berwibawa.
(28)     Saksolahe was tan darbe maning, mung legane batos, sakeh patrap ja mengkono Jeneng, Senapati tuhunen kang kapti, lan sun plambang maning, kan tan lungguh ngelmu
Semua tingkah laku tidak ada yang mengganggu hati, tinggal tentramnya hati saja, banyak sekali perilaku jangan hanya menjadi nama saja, Senopati benar-benar hanya berfokus pada kehendak/cita-cita luhur, dan saya memperumpamakan lagi, yang tidak memiliki ilmu.
(29)     Aja sira pambeg kaya langit, bumi gunung argon, lan samodra plambang patrap kabeh, pan ya Kaki pambeganing langit, saengganing jalmi, ngendelken yen luhur.
Jangan lah kamu menengadah seperti langit (angkuh), bumi gunung tinggi, dan samudera semua contoh, ya Kaki pemberian langit, bermacam-macam manusia, mengandalkan yang luhur.
(30)   Bumi kandel jembare ngluwihi, dwi lir pambeging wong, wus tan ana mung iku dayane,  myang kang gunung digung geng inggil,sagra jro tirtaning, gurnita kang alun,
Tebalnya bumi dan luasnya itulah dua sifat manusia, sudah tidak ada yang melebihi kekuatannya selain itu, kepada gunung-gunung besar dan tinggi, dalamnya samudera, gumelarnya ombak,
(31)    Ngendelaken digdayane sami, bumi samodra rob, langit arga pambeg jalma kabeh, wus tan ana polataning maning, sisip pambeg jalmi, kurang jembar kawruh.
Mengandalkan kekuatan mereka, bumi samudera banjir, semua langit dan gunung seperti sifat manusia, sudah tidak ada perbedaannya lagi, sedikit berbeda dengan manusia yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan.
(32)     Yen sira yun wigya dadi aji, mangreh sagunging wong, aja pegat istiyarmu Je- (k.252) beng, laku pasrah mring Kang Murbeng Bumi, neng musik di-ening, mrih uning Sukma Gung.
Jika kamu menjadi orang tinggi/ Raja, memerintah semua orang, jangan berhenti ikhtiarmu (k.252) Nak, berpasrah kepada Kang Murbeng Bumi (Penguasa Yang menciptakan Bumi dan seisinya), menjadi sekutu terhadap Sukma Gung (Hyang Besar Sukma)
(33)   Ginampangan seka karseng Widi, di-terang pandulon, aja sereng sakpekoleh bae, ngibadaha nglungguhana gami, nging driya dieling, mrih manise wadu.
Secara mudah terwujud kehendak dari Hyang Widi, berfokus lah pada pandangan/tujuanmu, jangan sembarangan bertingkah seenaknya saja, beribadah lah memeluk agama, selalu hati berwaspada kepada manisnya wanita.


wasalam. 

KISAH PANEMBAHAN SENOPATI & KANJENG RATU PANTAI SELATAN part1

Siapa Panembahan Senopati?
dc8b
Danang Sutawijaya nama kecilnya. Ayahnya bernama Ki Ageng Pemanahan yang berjasa besar membantu Jaka Tingkir membunuh Aryo Penangsang, adipati Jipangpanolan dalam krisis politik di Kesultanan Demak Bintoro pada masa akhir pemerintahan Sultan Trenggana.
Setelah Jaka Tingkir menjadi Raja bergelar Sultan Hadiwijaya yang akhirnya mendirikan Kesultanan Pajang, Sutawijaya kemudian dianugerahi tanah Mentaok –Kotagede, Jogja sekarang.
Bersama-sama ayahnya ia babat alas kawasan yang kini terkenal dengan kerajinan perak tersebut. Karena keraton Sutawijaya berada di sebelah utara pasar maka dia bergelar Ngabehi Loring Pasar. Setelah Ki Gede Pemanahan meninggal tahun 1575 M, Sutawijaya memberontak ke Pajang saat di Pajang terjadi konflik elite tahun 1582 M dan membuat Mataram merdeka dari Pajang.
Konflik elite yang terjadi yaitu anak Sultan Hadiwijaya, Pangeran Benowo yang merupakan pewaris Pajang di kudeta oleh Aryo Pangiri adipati Demak. Merasa terdesak Pangeran Benowo meminta bantuan Sutawijaya di Mataram. Setelah berhasil mengalahkan Aryo Pangiri, Pangeran Benowo menyerahkan pusaka Pajang pada Sutawijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama dan bergelar Panembahan Senopati Khalifatullah Sayyidin Penatagama.
Panembahan Senopati dikisahkan dalam babad Tanah Jawa memiliki kebiasaan yang hebat dalam olah rasa, meditasi dan gentur bertapa. Salah satu ritual wajib yang dilakukannya untuk melatih kesabaran adalah membuang cincinnya sendiri ke sungai dan kemudian mencarinya hingga ketemu. Tindakan unik dan nyeleneh diluar kebiasaan ini membuahkan hasil berupa diperolehnya kawicaksanan tertinggi, ilmu-ilmu ketuhanan yang mumpuni serta kesaktian yang pilih tanding.
Saben mendra saking wisma
Lelana laladan sepi
Ngisep sepuhing sopana
Mrih para pranaweng kapti
Setiap kali keluar rumah
Wisata ke wilayah sunyi sepi
Menghidup napas kerokhanian
Agar arif kebulatan awal akhir,

Dialah tokoh yang berhasil membuat anyaman mistik dan politik, yang keteladanannya memandu alam pikiran Kejawen untuk menggapai pemahaman tertinggi Ketuhanan yaitu MANGGALIH, artinya mengenai soal-soal esensial, pasca MANAH (dipersonifikasikan Ki Ageng Pemanahan) artinya membidikkan anak panah, mengenai soal-soal problematis di jantung kehidupan, pusat lingkaran.
Panembahan Senopati yang cerdas memahami psiko sosial masyarakatnya. Ia pun menganyam serat-serat kehidupan yang dianyam dengan amat simbolik mistik berupa kisah Asmara dengan Penguasa Laut, dengan Empu Laut Kanjeng Ratu Kidul sehingga Panembahan Senopati memperoleh dataran baru, daratan ke-Mataram-an.
kanjengratu
Dikisahkan, Panembahan Senopati saat babad alas Mentaok menghadapi Raja Jin bernama Jalumampang. Merasa kesulitan mengalahkannya, Panembahan Senopati kemudian bertapa di laut selatan. Dalam bertapa, dia di datangi oleh Kanjeng Ratu Kidul yang terpikat oleh ketampanannya. Kanjeng Ratu Kidul berjanji akan membantu melawan Jalumampang asal Panembahan Senopati dan keturunannya mau menjadi suami dari Kanjeng Ratu Kidul.
Perkawinan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul pada dasarnya adalah perkawinan yang strategis. Panembahan Senopati memperoleh kedaulatan atas wilayah Mataram yang wilayahnya berdampingan dengan Laut Selatan yang tak terbatas. Dengan perkawinan tersebut, Panembahan Senopati mampu untuk menguasai juga para lelembut yang tak terbilang banyaknya sebab Kanjeng Ratu Kidul adalah raja para lelembut tersebut.
Panembahan Senopati oleh sebab itu mampu membangun sebuah kekuatan psikologis untuk memperkokoh legitimasi pemerintahannya. Selama pemerintahan Panembahan Senopati, Kerajaan Mataram tercatat harus berperang menundukkan bupati-bupati daerah di antaranya Kasultanan Demak, Ponorogo, Pasuruan, Kediri, Surabaya. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya.
Perkawinan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul, oleh sebab itu diyakini terus dipertahankan oleh para Raja Mataram mulai Sri Sultan Hamengko Buwono I hingga Sri Sultan Hamengku Buwono X saat ini.


 seperti di jelaskan dalam babad tanah jawa dalam PUPUH KINANTHI :

  (1)    Alon tindak kalihipun, Senapati lan sang dewi, sedangunya apepanggya, Senapati samar ngeksi, mring suwarna narpaning dyah, wau wanci nini-nini.Perlahan jalan keduannya, Senopati dan sang Dewi, selama mereka bertemu, Senopati sebenarnya tidak tahu jelas bagaimana wajah rupa sang Dewi, seperti terlihat nenek-nenek tadi.
(2)     Mangke dyah warnane santun, wangsul wayah sumengkrami, Senapati gawok ing tyas, mring warna kang mindha Ratih, tansah aliringan tingal, Senapati lan sang dewi.Lalu nanti wajah rupa sang Dewi berubah kembali lagi sangat menarik hati, Senopati terpesona hatinya melihat kecantikan si Dewi seperti Ratih, mereka saling mencuri pandang selalu, Senopati dan sang Dewi. 

(3)    Sakpraptanira kedhatun, narpeng dyah lan Senapati, luwar kanthen tata lenggah,  mungging  kanthil kencana di, Jeng Ratu mangenor raga, Senapati tansah ngliring.Setelah sampai di istana, keduanya sang senopati dan Dewi melepas genggaman tangan kemudian duduk, di atas bunga kanthil emas, Jeng Ratu menggeliatkan badannya, senopati selalu melihatnya dengan mencuri pandang.
(4)    Mring warnanira Jeng Ratu, abragta sakjroning galih, enget sabil jroning driya, yen narpeng dyah dede jinis, nging sinaun ngegar karsa, mider wrin langening puri.Melihat pada kecatikan Ratu, mendadak galau/gelisah di dalam hatinya, teringat bahwa si Dewi bukan sejenis manusia, menjadi hilang keinginannya, Senopati berkeliling melihat-lihat keasrian taman puri si Dewi.
(5)      Udyana asri dinulu, balene kencana nguni, jaman purwa kang rinebat, Gathutkaca lan wre (k.238) putih, bitutaman dirgantara, bale binucal jeladri,Keasrian/keindahan taman dipuja-puja, ranjang emas kuno, jaman ketika Gathutkaca dan kera putih merebutkannya, berkelahi di angkasa, ranjang terlempar ke samudera. 

(6)    Dhawah teleng samodra gung, kang rineksa sagung ejim, asri plataran rinengga, sinebaran gung retna di, widuri mutyara mirah, jumanten jumrut mawarni.Jatuh di tengah-tengah samudera raya, yang dijaga oleh mahluk halus, halaman yang asri, bertebaran intan-intan megah, mutiara merah, dan bermacam-macam batu jamrud. 

(7)     De jubine kang bebatur, grebag suwasa kinardi, sinelan lawan kencana, ing tepi selaka putih, sinung ceplok pan rinengga, rukma tinaretes ngukir.Lantainya agak tinggi, dengan hiasan emas, ditepinya emas putih, berbentuk bunga-bunga mekar dan hiasan berukir-ukiran
(8)   Tinon renyep ting pelancur, rengganing kang bale rukmi, sumorot sundhul ngakasa, gebyaireng renggan adi, surem ponang diwangkara, kasorotan langen puri.Terasa sejuk berkilauan, hiasan di ranjang terlihat bercahaya yang sampai menyentuh angkasa, gemerlap cahaya megah, matahari terlihat meredup terkena sorotan cahaya dari puri si Dewi.
(9)   Gapurane geng aluhur, sinung pucak inten adi, sumorot mancur jwalanya, lir pendah soroting awi, yen dalu kadi rahina, siyang latriya pan sami.Gapura tinggi megah, diatas puncak berhias intan sangat indah, memancarkan cahayanya, seperti sinar matahari, jika malam seperti siang, siang dan malam menjadi sama.
(10)    Sigeg rengganing kadhatun, wau ta Sang Senapati, kelawan sang narpaning dyah, tan kena pisah neng wuri, anglir mimi lan mintuna, nggennya mrih lunturireng sih.Cukup dulu cerita dalam keadaan istana si Dewi, tadi tersebut sang senopati, dan sang Dewi, tidak bias dipisahkan, seperti Mimi dan Mintuno, mereka saling membuka hati.
(11)    Yen tinon warna Jeng Ratu, wus wantah habsari swargi, tuhu Sang Dyah Wilutama, kadya murca yeng ingeksi, sakpolahe karya brangta, ayune mangrespateni.Ketika terlihat wajah sang ratu, sudah melebihi wajah Dewi Habsari di surga, sama persis seperti sang Dewi Wilutama, keluar terlihat tingkah lakunya membangkitkan birahi, kecantikannya menawan hati.
(12)  Kadigbyaning warna sang ru- (k.239) m, ping sapta sadina salin, ayune tan kawoworan,  terkadhang sepuh nglangkungi, yen mijil pradanggapatya, lir dyah prawan keling sari.Sang Ratu mempunyai kesaktian berubah wujud, berubah 7 kali sehari, kecantikan yang terpancar sempurna, terkadang sangat tua, jika terdengar musik tingkah laku si Dewi berubah enjadi seperti gadis kelingsari.
(13)   Yen sedhawuh jwaleng sang rum, lir randha kepaten siwi, yen praptaning lingsir wetan, warna wantah widadari, tengange lir dyah Ngurawan, Kumuda duk nujwa kingkin.Apabila sedang memberi perintah, seperti janda yang anaknya meninggal, ketika menjelang ufuk timur muncul wujud berubah seperti bidadari, seperti dewi dari Kurawa, berkuda seperti sedang susah. 

(14)    Lamun bedhug kusuma yu, mirip putri ing Kedhiri, yen lingsir lir Banowatya, lamun asar pindha Ratih, cumpetingsapta sadina, yen latri embah nglangkungi.Ketika tabuh bedug, mirip putrid di kedhiri, ketika matahari terbenam seperti Banowati, ketika asar berubah seperti Dewi Ratih, 7 kali sehari, ketika malam semakin bertambah cantik.
(15)  Lawan sinung sekti punjul, dyah lawan samining ejim, warna wigya malih sasra, mancala putra pan bangkit, mila kedhep ing sakjagad, sangking sektining sang dewi.Serta mempunyai kesaktian tinggi, Ratu dengan sesame mahluk halus, mampu berubah wujud 1000 kali, bias berubah menjadi laki-laki, sehingga berada di seluruh dunia, karena sangat saktinya sang Dewi. 

(16)    Sinten ingkang mboten teluk, gung lelembut Nungsa Jawi, pra ratu wus teluk samya, mring Ratu Kidul sumiwi, ajrih asih kumawula, bulu bekti saben warsi.Siapa yang tidak tunduk, seluruh mahluk halus dan bangsa manusia di Jawa, para Raja-raja sudah takluk semua, hanya kepada Ratu Kidul saja, mereka takut dan mengabdi, memberi pengabdian setiap tahun.
(17)    Ngardi Mrapi Ngardi Lawu, cundhuk napra ing jeladri, narpa Pace lan Nglodhaya, Kelut ngarga miwah Wilis, Tuksanga Bledhug sumewa, ratu kuwu sami nangkil.Gunung Merapi dan gunung Lawu, bermahkota di samudera, Raja Pace dan Nglodhaya, Gunung Kelut dan gunung Wilis, Mata air sembilan Bledug dan Ratu Kuwu semua hadir.
(18)   Wringinpitu Wringinrubuh, Wringin-uwok, Wringinputih, ing landheyan Alas Ngroban, sedaya wus kereh jladri, Kebareyan Tega- (k.240) l layang, ing Pacitan miwah Dlepih.7 Beringin, Beringin tumbang, Beringin besar, Beringin putih, di tengah-tengah alas Ngroban, semua sudah dikuasai samudera, Kebareyan tegal laying, di Pacitan serta Dlepih.
(19)   Wrata kang neng Jawa sagung, para ratuning dhedhemit, sami atur bulubektya, among Galuh kang tan nangkil, kereh marang Guwatrusan, myan Krendhawahana aji.Merata di seluruh Jawa, para Raja-raja mahluk halus, semua memberi pengabdian, hanya Galuh yang tidak hadir, diperintah oleh Guwatrusan, menghadapi Krendhawahana aji. 

(20)   Wuwusen malih Dyah Kidul, lawan Risang Senapati, menuhi kang boja-boja, minuman keras  myang manis, kang ngladosi pra kenyendah, sangkep busana sarwa di.Menceritakan kembali tentang Ratu Kidul dengan sang senopati, lengkap dengan makanan, minuman keras dan minuman manis, yang melayani para gadis-gadis yang berpakaian bagus-bagus.
(21)   Bedhaya sumaos ngayun, gendhing Semang munya ngrangin, weh kenyut tyasnya kang mriksa, wileting be (ksa) mrak ati, keh warna solahing beksa, warneng bedhaya yu sami.Para penari bedhaya maju kedepan, musik gending semang berbunyi nyaring, yang melihatnya membuat rasa hati tenteram, gerakannya menawan hati, bermacam-macam gerakan penari. 

(22)  Senapati gawok ndulu, mring solahe dyah kang ngrangin, runtut lawan kang bredangga, wilet rarasnya ngrespati, acengeng dangu tumingal, de warneng dyah ayu sami.Senopati terheran-heran terpesona melihat gerakan-gerakan yang gemulai, sesuai dengan alunan irama musik, irama tembangnya menentramkan hati, sampai lama terpana melihatnya, wajah dewi-dewi yang cantik-cantik. 
(23)   Tan lyan kang pineleng kayun, mung juga mring narpa dewi, brangteng tyas saya kawentar, de sang dyah punjul ing warni, kenyataning waranggana, sorote ngemas sinangling.Tiada yang lain yang dipikirkan hanya di depannya, juga hanya kepada Ratu Kidul, hatinya semakin berdebar-debar, karena sang Dewi lebih unggul kecantikannya dibandingkan penyanyi, Dewi bercahaya seperti emas dicuci.
(24)   Wuyunging driya sinamun, tan patya magumbar liring, tan pegat sabil ing nala, wau Risang Senapati, enget yen dene jinisnya, dyah narpa tuhuning ejim.Senopati menutup-nutupi asmara dalam hatinya, tidak terus mengumbar pandangannya hanya sebentar-bentar saja memandang Ratu, tidak berhenti pula perang dalam bathin hatinya, sang senopati teringat bahwa Ratu Kidul bukan dari golongan sejenisnya, sang Ratu yang sebenarnya adalah mahluk halus/jin.
(25)   Rianos jroning kung, 1) kagugu saya ngranuhi, temah datan antuk karya, (k.241) nggenira mrih mengku bumi, nging narpeng dyah wus kadriya, mring lungite Senapati.Dalam perasaan senopati terdalam, 1) mengikuti rasa penasaran, agar berhasil tujuan, (k.241) untuk menguasai bumi, akan tetapi sang Ratu sudah tahu, dengan apa yang dipikirkan senopati.
(26)   Ngunandika dalem kalbu, narpaning dyah ing jeladri, “ Yen ingsun tan nggango krama, nora kudu dadi estri, enak malih dadi priya, nora na kang mejanani.Berbicara dalam hati, sang Ratu di samudera, “Jika saya tidak perlu menikah, tidak harus menjadi permaisuri, lebih baik mejadi laki-laki, tidak ada yang mempengaruhi. 

(27)   De wis dadi ujar ingsun, anggon sun wadad salamining, ngarsa-arsa pengajapan, temah arsa ngapirani, sunbekane mengko jajal, piyangkuhe ngadi-adi.Sudah menjadi sumpah saya, berniat untuk menyendiri selamanya, menanti-nanti pengharapan, akan menjadi merepotkan, nanti aku mencoba, keangkuhannya menjadi-jadi. 
(28)  Wong agunge ing Metarum, dimene lali kang nagri, krasan aneng jro samodra”, kawentar mesem sang dewi, tumungkul tan patya ngikswa, Senapati tyasnya gimir.Orang besar di Mataram, agar lupa dengan negaranya, kerasan (suka tinggal) di samudera”, sang Dewi mengumbar senyum, kepala menunduk dengan mata menoleh sedikit melihat senopati, hati Senopati menjadi penasaran.
(29)    Duk liniring mring sanging rum, tambuh surasaning galih, wusana lon anandika, “Dhuh wong ayu karsa mami, wus dangu nggoningsun ningal, mring langene ing jro puri,Mencuri pandang kepada sang Dewi yang harum, menjadi tidak menentu perasaannya, sambil berbicara halus “Duh putri cantik yang kuinginkan, sudah lama aku memandang, kepada keindahan dalam puri,
(30)   Pesareyanta durung weruh, kaya ngapa ingkang warni”, nging dyah “Tan sae warninya, yen kedah sumangga karsi, sinten yogi ndarbenana, lun mung darmi anenggani.”Tempat tidurmu belum tahu, seperti apa kelihatannya tempat tidurmu itu”, Ratu menjawab, “Tidak bagus wujudnya, jika harus melihatnya terserah Anda, siapa yang pantas memiliki, saya hanya sekedar menjaga saja.” 

(31)     Wusira gya jengkar runtung, Sang Sena lan narpa dewi, rawuh jrambah jinem raras, alon lenggah sang akalih, mungging babut pan rinengga, Se- (k.242) napati gawok ngeksi.Segera mereka beranjak bersama, sang senopati dan sang Dewi, datang ke tempat tidur yang nyaman, keduanya duduk pelan-pelan, diatas permadani yang rapi, Senopati terheran-heran melihatnya, 
(32)   Warneng pajang sri kumendhung, tuhu lir suwargan ngalih, sang dyah matur marang priya, “Nggih punika ingkang warni, tilemane randha papa, labet tan wonten ndarbeni.”Bermacam-macan hiasan Sri Kumendhung dipajang, terasa seperti syurga berpindah, Sang Ratu berbicara pada sang senopati, “Ya begini lah wujudnya, tempat tidur si janda yang sengsara, karena tidak ada yang memiliki,” 
(33)    Kakung mesem nglingira rum, ”Anglengkara temen Yayi, ujare wong randha dama, ing yektine angluwihi, kabeh purane pra nata, tan padha puranta Yayi.Senopati tersenyum sambil melirik si Dewi yang harum, “Kasihan sekali kamu Dik, katamu hanya seorang janda tapi kenyataanya melebihi semua istana, tidak ada yang menyamai istana dinda.
(34)    Pepajangan sri kumendhung, ingsun tembe nggonsun uning, pesareyan warna endah, pantes lawan kang ndarbeni, warna ayu awiraga, bisa temen ngrakit-ngrakit.Hiasan Sri Kumendhung, baru kali ini aku melihatnya, tempat tidur serba indah, pantas sesuai yang memilikinya, bentuk yang sangat cantik, pandai sekali merangkainya. 

(35)   Baya sungkan yen sun kondur, marang nagari Matawis, kacaryan uningeng pura, cacatira mung sawiji, purendah tan nganggo priya, yen darbea kakung becik.Aku menjadi malas pulang ke negeri Mataram, setelah melihat-lihat istana, rasa kecewa hanya satu, lebih bagus tidak ada lelaki, jika ada yang memiliki pria baik.
(36)   Wanodyane dhasar ayu, imbang kakunge kang pekik, keng runtut bisa mong garwa, wonodyane bekti laki, tur dreman asugih putra”, Senapati denpleroki.Dasarnya wanitanya cantik seimbang dengan pria yang baik, yang setia kepada isteri, wanitanya juga setia pada suami, juga suka mempunyai anak banyak”, Senopati melirik menggoda dengan matanya.
(37)   Dyah merang lenggah tumungkul, sarwi mesem turira ris, “Sae boten mawi priya, mindhak pinten tyang akrami, eca mung momong sarira, boten wonten kang ngrego-(k.243) ni.Sang Dewi duduk dengan kepala menunduk, sambil tersenyum berbicara halus, “Bagus tidak memiliki suami, bertambah apa orang bersuami, enak sendirian saja, tidak ada yang mengganggu (k.243).
(38)     Eca sare glundhung-gundhung, neng tilam mung lawan guling, lan tan ngronken keng ladosan”, Senapati mesem angling, “Bener Yayi ujarira, enak lamban sira Yayi.Enak tidur sendiri berguling kesana kemari, diatas tikar bersama guling, dan tidak ada yang harus dikerjakan”, Senopati terlihat tersenyum, Benar dinda katamu, enak sendirian kamu dinda.
(39)     Mung gawoke Nimas ingsun, na wong ledhang aneng gisik, tur priya kawelas arsa, lagya rena wrin in jladri, semang ginendeng pineksa, kinon kampir mring jro puri.Hanya heran saya kepada dinda, ada seorang lelaki di pesisir pantai, apalagi pria yang meminta belas kasihan, sedang melihat samudera, malah digandeng paksa, disuruh mampir/ singgah ke dalam puri.
(40)  Jeng Ratu kepraneng wuwus, merang tyas wetareng lungit, kakung ciniwel lambungnya, mlerok mesem datan angling, Senapati tyasnya trustha, wusana ngandika aris.Sang Ratu terpana akhirnya, hatinya merasa tersentuh, lelaki itu dicubit perutnya, melirik tersenyum menggoda senopati, menyentuh hati senopati, selanjutnya berbicara lembut.
(41)   ”Ya sun pajar mirah ingsun, nggon sun praptaneng jeladri, labet sun anandhang gerah, alama tan antuk jampi, kaya paran saratira, usadane lara brangti.“Ya aku ini berbicara secara mudahnya saja, aku datang ke samudera karena sedang sakit, sudah lama tidak mendapat obat, seperti apa syaratnya obat sakit asmara.
(42)     Mider ing rat nggon sun ngruruh, kang dadi usadeng kingkin, tan lyan mung andika mirah, pantes yen dhukum premati, bisa mbirat lara brangta, tulus asih marang mami.”Aku sudah keliling dunia untuk berusaha, yang menjadi penawar sakit tidak lain hanya kamu, pantas jika dihukum, yang bisa menyembuhkan sakit asmara, kasih sayang tulus kepadaku.”
(43)   Sang dyah maleruk tumungkul, uning lungit Senapati, nging tansah ngewani priya, mangkana usik sang dewi, “Wong iki mung lamis ujar, sunbatanga nora slisirSang Dewi cemberut menunduk, sambil memandang Senopati, tapi selalu berani dengan lelaki, demikian goda sang Dewi kepada senopati, “ Anda ini hanya berbicara bohong, perkiraan saya tidak lah salah.
(44)     Minta tamba ujaripun, pan dudu lara sayekti, lara arsa madeg nata, ewuh mungsuh guru darmi, wus persasat ingkang yoga, kang amengku Pajang nagri.”Meminta obat katanya, tapi tidak sungguh-sungguh sakit, sakitnya karena berkehendak mejadi Raja, tidak enak bermusuhan dengan sesama guru, sudah dititahkan yang memegang kekuasaan negeri Pajang.”
(45)    Wusana dyah matur kakung, “Kirang punapa sang (k.244) pekik, kang pilenggah ing Mataram, lelana prapteng jeladri, tan saged lun sung usada, nggih dhateng keng gerah galih.Akhirnya sang Dewi berbicara kepada senopati, “Kurang apakah sang pangeran tampan, yang menduduki Mataram, berkelana sampai samudera, tidak bisa menyembuhkan yang menjadi sakit hatinya. 

(46)   Yekti amba dede dhukun, api wuyung ingkang galih, mangsi dhatenga palastra, tur badhe nalendra luwih, kang amengku tanah Jawa, keringan samining aji.Sungguh saya bukan dukun, api asmara yang anda pikirkan, tidak mungkin menyebabkan kematian, apalagi akan menjadi Raja dari para raja-raja, yang menguasai tanah jawa, ditakuti oleh sesame raja.
(47)     Kang pilenggah ing Matarum, mangsi kirangana putri, ingkang sami yu utama, kawula estri punapi, sumedya lun mung pawongan, yen kanggea ingkang cethi.Yang menduduki Mataram tidak mungkin kekurangan wanita, yang cantik-cantik dan utama, kaum wanita yang bagaimanapun, tersedia para nyai, jika dibutuhkan secara pasti. 

(48)     De selamen lamban ulun, kepengin kinayan nglaki, kang tuk bulu bekti praja, labet blilu tyang pawestri, tan wigya mangenggar priya, labet karibetan tapih.Selama saya menyendiri, pernah mempunyai keinginan bersuami, yang berbakti kepada kerajaan, karena malas seorang wanita, tidak pandai terhadap pria, karena terlilit kain.
(49)    Lamun kanggeya wak ulun, kalilan among anyethi, ngladosi Gusti Mataram”, wau ta Sang Senapati, sareng myarsa sebdeng sang dyah, kemanisan dennya angling.Meskipun badan saya dibutuhkan, diijinkan hanya untuk berbakti kepada Gusti Mataram,” Sang Senopati mendengarkan perkataan Dewi sambil menikmati melihat kemanisan Ratu Kidul. 

(50)     Saya tan deraneng kayun, asteng dyah cinandhak ririh, sang retna sendhu turira, “Dhuh Pangeran mangke sakit, kadar ta arsa punapa, srita-sritu nyepeng driji.Semakin lama tidak bisa ditahan lagi hati Senopati, tangan Dewi dipegang pelan-pelan, sang Ratna Dewi berkata lembut manja, “Dhuh Pangeran nanti sakit, sebetulnya pangeran mau apa, tiba-tiba meremas-remas jari tangan saya.
(51)   Asta kelor driji ulun, yen putung sinten nglintoni, nadyan wong agung Mataram, mangsi saged karya driji”, kakung mesem lon delingnya, “Dhuh wong ayu sampun runtik.Jari tangan saya kecil-kecil, jika patah siapa yang akan mengganti, meskipun orang besar Mataram tidak mungkin menciptakan jari tangan”, Senopati tersenyum sambil berkata pelan, “Dhuh wanita cantik jangan marah.
(52)   Nggon sun nyepengasteng masku, Yayi aja salah tampi, mung yun u-(k.245) ning sotyanira”, dyah narpa nglingira aris, “Yen temen nggen uning sotya, sing tebih andene keksi.Saya memegang tanganmu, dinda jangan sampai salah terima, hanya mau melihat ( k.245) cincinmu”, Lalu Dewi berkata halus, “Jika benar Anda hanya mau melihat cincin saya, bisa melihat dari jauh saja.
(53)     Yekti dora arsanipun, sandinya angasta driji, yektine mangarah prana, ketareng geter ing galih, dene durung mangga karsa, paring jangji sih mring cethi.”Pasti bukan kehendak sesungguhnya, berpura-pura memegang jemari, pasti berkehendak sesuatu, terlihat jelas dipikiran, beri lah janji cinta kasih yang pasti.”
(54)    Kakung mesem sarwi ngungrum, swara rum mangenyut galih, narpaning dyah wus kagiwang,  mring kakung asihnya kengis, esemnya mranani priya, Senapati trenyuh galih.Senopati merayu dengan bernyanyi sambil tersenyum, suaranya merdu menggugah hati, Ratu cantik sudah terpesona, kepada senopati cintanya terbuka, senyum ratu menawan pria, Senopati tersentuh hatinya.
(55)   Narpaning dyah lon sinambut, pinangku ngras kang penapi, sang dyah tan lengganeng karsa, labet wus katujweng galih, jalma-jalma dera ngantya, pangajapan mangke panggih,Sang Dewi disambut perlahan, diletakkan diatas pangkuan senopati, sang Dewi tidak menolak keinginan, yang tertuju kepada kekasih hati, terpenuhi keinginan mahluk-mahluk itu.
(56)   Lan titisnya Sang Hyang Wiku, kang mengkoni ngrat sekalir, Senapati nir wikara, karenan mring narpa dewi, tansah liniling ngembanan, de lir ndulu golek gadhing.Dan titisan Sang Hyang Wiku, yang menguasai dunia, Senopati tanpa halangan, kehendak kepada sang Dewi, saling melihat mesra dalam pangkuan, seperti boneka golek gadhing.
(57)    Binekta manjing jinem rum, tinangkeban ponang samir, kakung ndhatengaken karsa, datansyah bremara sari, mrih kilang mekaring puspa, kang neng madya kuncup gadhing.Dibawa masuk ke tempat tidur yang harum, tertutup kain selendang, senopati mendatangkan hasrat, selalu mesra, kepada ratu yang seperti bunga sedang mekar, yang berada ditengah kuncup gading.
(58)   Jim prayangan miwah lembut, neng jrambah sami mangintip, mring gusti nggen awor raras, kapyarsa pating kalesik, duk sang dyah katameng sara, ngrerintih sambate (k.246) lalis.Jin setan parahyangan serta mahluk halus, mereka mengintip, kepada gusti yang bercinta, terdengar saling berbisik, ketika sang Ratu terkena tajam, mengadu merintih (k.246).
(59)    Kagyat katemben pulang yun, sang dyah duk senanira nir, nggeladrah rempu ning tilam, ukel sosrah njrah kang sari, kongas ganda mrik mangambar, bedhahe pura jeladri.Terkejut ketika sang Dewi kehilangan selaput daranya, pecah membanjiri di tempat tidur, sanggul rambutnya menjadi berantakan, tercium bau semerbak harum, rusaknya pura samudera. 

(60)   Dyah ngalintreg neng tilam rum, jwala nglong kerkatira nir, Senapati wlas tumingal, sang dyah lin sinambut ririh, sinucen dhateng patirtan, wusira gya lenggah kalih.Dewi terbaring lemah di tempat tidur harum, selaput daranya hilang, Senopati memandang dengan belas kasihan, sang Dewi diambilnya pelan-pelan, lalu keduanya duduk. 
(61)   Dyah sareyan pangkyan kakung, tan pegad dipunarasi, mring kakung Sang Senapatya, nyengkah ngeses sang retna di, raket sih kalihnya sama, penuh langen ngasmara di.Dewi tiduran diatas pangkuan Senopati, tidak henti-hentinya diciumi oleh Senopati, keduanya saling dekap erat, penuh cinta. 
(62)   Cinendhak rengganing kidung, pasihane sang akalih dugi ngantya sapta dina, Senapati neng jeladri, ing mangke arsa kondura, marang prajanya Matawis.Irama kidung yang pendek, kemesraan keduanya sampai tujuh hari, Senopati tinggal di dalam samudera, yang nanti akan pulag ke kerajaan Mataram.
(63)   Kakung nabda winor rungrum, “Dhuh mas mirah ingsun Gusti, ya sira karia arja, ingsun kondur mring Matawis, wus lama aneng samodra, mesthi sun diarsi-arsi,Senopati berbicara dengan bernyanyi, “Dhuh emas merahku, ya semoga kamu bahagia, aku pulang ke Mataram, sudah lama di samudera, pasti aku sudah ditunggu-tunggu,
(64)   Marang wadyengsun Matarum, wus dangu tugur ing nagri”, narapaning dyah sareng myarsa, yen kakung mit kondur nagri, sekala manca udrasa, druwaya badra dres mijil.Oleh rakyatku di Mataram, sudah lama menjaga negeri”, Dewi mendengarkan sambil merasa sedih jika senopati pamit pulang ke negerinya, menangis sedih, Rembulan menjadi menangis deras.
(65)  Dereng dugi onengipun, mring kakung kemangganing sih, alon lengser sangking pangkyan, udrasa sret dennya angling, “Kaya mengkono (k.247) rasanya, wong tresna dentimbangi.Belum sampai yang di pikirannya, kepada senopati yang dicintai, perlahan-lahan turun dari pangkuan, terdengar isak tangis Ratu, “ Seperti ini lah (k. 247) rasanya mencintai yang dibandingkan.
(66)   Kaya timbang tresnaingsun, yen sun bisa nyaput pranti, myang nguja sakarsanira, mesthi kanggo nggonsun nyethi”, kakung uning wus kadriya, mring udrasa sang retna di.Seperti membandingkan cintaku, seandainya aku bisa memberi, menuruti semua kehendakmu, pasti saya berguna”, Senopati sudah tahu dalam hati, atas tangisan sang Ratna.
(67)     Lon ngudhar paningsetipun, cindhe puspa pinrada di, dyah sinambut gya ingemban, binekta mider kuliling, marang kebon petamanan, kinidung ing pamijil.Pelan-pelan melepas kain setagen, berhias bunga-bunga emas, Dewi disambut diemban/diangkat, dibawa keliling-keliling ke kebun taman sambil dinyanyikan oleh Senopati.
 

bersambung ke part 2....

BABAD TANAH JAWA

       Sebuah teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya daratan yang terjadi di Asia belahan selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke utara, yang bertabrakan dengan lempengan sebelah utara. Pergerakan lempeng bumi inilah yang kemudian melahirkan Gunung Himalaya.

Konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan sebagian terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang merupakan mata rantai gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang sebagian adalah Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. Dari bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu potongan bagiannya adalah pulau Jawa.Jawata artinya gurunya orang Jawa. Wong dari kata Wahong, dan Tiyang dari kata Ti Hyang, yang berarti keturunan atau berasal dari Dewata. Konon karena itulah pulau Bali sampai kini masih dikenal sebagai pulau Dewata, karena juga merupakan potongan dari benua Sweta Dwipa atau Jawata.

Mengingat kalau dulunya anak benua India dan Sweta Dwipa atau Jawata itu satu daerah, maka tidak heran kalau ada budayanya yang hampir sama, atau mudah saling menerima pengaruh. Juga perkembagan agama di wilayah ini, khususnya Hindu dan Budha yang nyaris sama.



Versi mistis :
    Pulau terbesar dengan penduduknya paling banyak di seluruh Indonedia ini, tidak menyangka, kalau dahulunya adalah pulau terkecil dan terpecah-belah oleh persilangan laut antara utara dan selatan.

Kisah dipersatukannya seluruh pulau yang terdapat di berbagai pulau Jawa, akibat dari kesaktian yang dimiliki oleh Brahmana Agung bernama Shang Hyang Dewa. Konon dengan kesaktian beliau, pulau itu ditarik satu persatu menjadi pulau terbesar dan dinamakan Bumi Ing Jowo Dwipo.

Semasa pulau ini belum terjamaah oleh manusia, para siluman dari bangsa seleman dan togog telah lebih dulu menduduki hingga ribuan tahun lamanya. Masa itu pulau Jawa disebut dengan nama Mokso Seleman (zaman para lelembut).Namun setelah keturunan dari Shang Hyang Nurasa menduduki bumi Jawa (Shang Hyang Dewa) pulau itu disebut dengan nama bumi pengurip (bumi yang dihidupkan). Shang Hyang Dewa akhirnya moksa di puncak Gunung Tidar, setelah beliau menyatukan berbagai bangsa lelembut untuk menuju jalan Adil (kebenaran), dan dari keturunannya.

Terlahir pula para Shanghyang Agung, seperti Shanghyang Citra Suma, Shanghyang Dinata Dewa, Shanghyang Panca Dria, yang akhirnya dari merekalah sebuah titisan atau wasilah turun-temurun menjadi kerajaan teragung yang absolut.

Baru diabad ke 12, pulau Jawa diperluas dengan tiga aliran yang berbeda, yaitu dengan adanya ajaran Hindu, mokso Jawi dan Islam. Akhir dari ketiga aliran tersebut nantinya menjadi suatu perlambang dari perwatakan penduduk pulau Jawa hingga sekarang ini.

Dalam perluasan arti ketiga diatas, mencerminkan sebuah kehidupan bermasyarakat gemah ripah loh jinawi. Konon ajaran ini hanya ada dipulau Jawa dan seterusnya menyebar ke seluruh pelosok yang ada di Indonesia, seperti ajaran Hindu misalnya, ilmu yang diajarkan oleh para Shanghyang Dewa, ilmu, sebagai aji rasa manunggaling agung.

Lewat bait sansekerta Yunani yang mengupas di dalamnya, kebenaran, keadilan, kejujuran dan memahami sifat alam. Ilmu ini akhirnya diturunkan oleh bapaknya para dewa. Raden Nurasa kepada Nabiyullah Khidir a.s. dan dizaman Wali Songo nanti, ilmu ini dipegang dan menjadi lambang dari sifat kependudukan masyarakat Jawa oleh tiga tokoh Waliyullah, yaitu Sunan Kalijaga, Mbah Cakra Buana dan Khanjeng Syekh Siti Jenar.

Moksa jawi sendiri, sebuah ilmu yang mengupas tentang kedigdayaan ilmu yang bersumber dari raja lelembut, bernama raja lautan. Ini sangat berperan dan menjadi salah satu perwatakan masyarakat Jawa. Konon ajaran yang tergabung di dalamnya mengajarkan arti tirakat, mencegah hawa nafsu dan memahami makna rohani, simbol dari ajaran ilmu ini digambarkan sebagai bentuk keris.

Keris menjadi suatu perlambang dari ajaran orang Jawa, bermula dari seorang Empu, bernama Ki Supo Mandragini. Beliau salah satu santri dari Khanjeng Sunan Ampel Denta yang diberi tugas untuk membuat sebilah keris. Namun rupanya, pemahaman dari sang guru dan murid ini saling berseberangan, disisi lain Sunan Ampel menginginkan sebuah pusaka berupa sebilah pedang sebagai perlambang dari makna Islam. Namun ketidaktahuan Ki Supo Mandragini sendiri, akhirnya beliau membuat sebilah keris berluk 9.

Keris tersebut menjadi penengah antara ajaran Islam dan Hindu bagi orang Jawa, dengan sebutan Islam Kejawen, dan keris pembuatan Ki Supo diberi nama Kyai Sengkelat. Dari kedua aliaran diatas, Islam telah ada di pulau Jawa sejak abad ke 9. Ajaran ini dibawa dari kota Misri oleh seorang Waliyullah Kamil Syekh Sanusi dan muridnya Muhammaad Al Bakhry, dan baru masyhur tentang ajaran Islam di pulau Jawa pada abad 13 dan 14 atau zamannya para Wali Songo.

Pembedaran lain dari keunikan yang terdapat di pulau Jawa pada masa itu, 300 tahun sebelum Wali Songo mendudukinya, para Shanghyang maupun bangsa lelembut seleman telah mengetahui lewat sasmita gaib yang mereka terima, bahwa sebentar lagi pulau Jawa akan dibanjiri para pemimpin makhluk dari berbagai negara.

Mereka dari seluruh alam berkumpul, berdiskusi di puncak Gunung Ciremai, pada masa itu mereka mufakat untuk mengabdi dan membantu, apabila para Waliyullah telah menduduki pulau Jawa. Namun tentunya tidak semua dari mereka setuju, sehingga perpecahan dari dua kubu yang berseberang jalan itu dinamakan Getas Kinatas (terpecahnya satu keluarga atau satu keturunan).

Nanti pada akhirnya tiba, dari Shanghyang Rowis Renggo Jenggala, akan menurunkan beberapa keturunan Saktineng Paku Jawa (orang-orang sakti yang menjdi penguasa pulau Jawa) diantaranya:

- "Arya Bengah" yang menurunkan para putera Majapahit dan keturunannya sampai putera Mataram.

- "Ciung Wanara" yang menurunkan Lutung Kasarung hingga sampai ke silsilah Prabu Agung Galuh atau yang dikenal dengan nama Prabu Munding Wangi atau Prabu Siliwangi.

- "Nyi Mas Ratu Ayu Maharaja Sakti" menurunkan beberapa keturunan berbagai alam diantaranya "Ratu Palaga Inggris, seorang puteri cantik dari bangsa manusia, yang akhirnya dikawin oleh Prabu Siliwangi.

- "Kerta Jasa" maharaja sakti.

- "Sang Kowelan" salah satu anak dari Ratu Palaga Inggris yang berjenis bangsa lelembut, dari beliau pula ucuk umun dan Ratu Kidul dihasilkan.

- Dari "Syekh Sanusi" melahirkan ratusan Waliyullah kondang, diantaranya para Wali Irak, Yaman, Mesir, Turky, dan para Wali Jawa.

Untuk yang berseberangan atau getas kinatas, sebagian dari mereka memilih ngahyang (raib) dan tak pernah muncul lagi dipermukaan bumi dan sebagian lagi mereka mengabdi dengan lewat menjaga semua alam di pulau Jawa.

Diantara yang mengabdi adalah :

- Sih Pohaci, beliau menjaga awan dan langit.
- Sih Parjampi, beliau selalu menjaga bumi dan bertempat pada lapisan bumi nomor dua.
- Sang Sontog, menjaga semua gunung pulau jawa.
- Sang Waluhun, menjaga pantai utara dan selatan.
- Sih Walakat, menjaga seluruh hutan dan pepohonan.
- Sangkala Brahma, menjaga bumi Cirebon.
- Sangkala Wisesa, menjaga bumi Mataram.
- Janggala Putih, menjaga bumi Bogor.
- Sang Lenggang Lumenggang Gajah, menjaga bumi Jakarta.
- Sang Seda Hening, menjaga bumi Banten.

Dan pengguron atau perguruan para purwa, Wali Jawa, diantaranya;
Perguruan, penatas angin Pekalongan.
Perguruan, Agung Waliyullah Ki Bagus Santo Pekalongan.
Perguruan, Pandarang Semarang.
Perguruan, Jambu Karang Purwokerto.
Perguruan, Daon Lumbung Cilacap, dan lain-lain.
Begitulah sepenggal kisah Purwa Jawa.


Sumber : Misteri (Idris Nawawi)