Senin, 06 Agustus 2012

SYEIKH SITI JENAR




Merajut sebuah ilmu dan menjadikannya sehelai kain yang didalamnya penuh akan keindahan corak dan warna, inilah yang diidamkan seluruh ahli sufi. rajutan demi rajutan tentang segala pemahaman ilmu, penghayatan dan keluasan tentang segala kebesaran Allah SWT, perjalanan dan pengorbanan yang selalu dilakoninya sedari kecil, membuat segala macam ilmu yang ada padanya menjadikannya serajat seorang waliyulloh Kamil.
Dalam pandangan para Waliyulloh, dimana badan telah tersirat asma Allah dan segala tetesan darahnya telah mengalir kalimat tauhid, dimana setiap detak jantung selalu menyerukan keagunganNya dan setiap pandangan matanya mengandung makna tafakkur, tiada lain orang itu adalah seorang waliyulloh agung yang mana jasad dan ruhanuyahnya telah menyatu dengan dzat Allah. inilah senjungan yang dilontarkan oleh seluruh bangsa wali kala itu pada sosok Kanjeng Syeikh Siti Jenar.
Rohmat yang tersiram didalam tubuhnya, ilmu yang tersirat disetiap desiran nafasnya, pengetahuan tentang segala makna ketauhidan yang bersemayam didalam akal dan hatinya, membuat kanjeng Syeikh Siti Jenar menjadi seorang guru para Wali, lewat kezuhudan yang beliau miliki serta keluasan ilmu yang dia terpkan, membuat segala pengetahunnya selalu dijadikan contoh. beliau benar-benar seorang guru agung dalam mengembangkan sebuah dhaukiyah kewalian / tentang segala pemahaman ilmu kewalian. tak heran bila kala itu banyak bermunculan para waliyulloh lewat ajaran ilafi yang dimilikinya.
Diantara beberapa nama santri beliau yang hingga akhir hayatnya telah sampai kepuncak derajat Waliyulloh kamil, salah satunya, sunan Kali Jaga, Raden Fatah, Kibuyut Trusmi, Kigede Plumbon, Kigede Arjawinangun, Pangeran Arya Kemuning, Kiageng Demak Purwa Sari, Ratu Ilir Pangabean, Gusti Agung Arya Diningrat Caruban, Pangeran Paksi Antas Angin, Sunan Muria, Tubagus Sultan Hasanuddin, Kiageng Bimantoro Jati, Kisubang Arya Palantungan dan kigede Tegalgubug.
Seiring perjalanannya sebagai guru para wali, Syeikh Siti Jenar mulai menyudahi segala aktifitas mengajarnya tatkala Syarif Hidayatulloh / Sunan Gunung Jati telah tiba dikota Cirebon. bahkan dalam hal ini bukan hanya beliau yang menyudahi aktifitas mengajar pada saat itu, dedengkot wali jawa, sunan Ampel dan sunan Giri juga mengakhirinya pula. mereka semua ta’dzim watahriman / menghormati derajat yang lebih diagungkan, atas datangnya seorang Quthbul muthlak / Raja Wali sedunia pada zaman tersebut, yaitu dengan adanya Syarif Hidayatulloh, yang sudah menetap dibumi tanah jawa.
Sejak saat itu pula semua wali sejawa dwipa mulai berbondong ngalaf ilmu datang kekota Cirebon, mereka jauh-jauh sudah sangat mendambakan kedatangan, Syarif Hidayatulloh yang ditunjuk langsung oleh Rosulullos SAW menjadi sulthan semua makhluk (Quthbul Muthlak). Nah sebelum misteri kupas tuntas tentang jati diri, syeikh siti jenar, tentunya pembaca majalah kesayangan kita agak merasa bingung tentang jati diri Syarif Hidayatulloh yang barusan dibedarkan tadi “mengapa Syarif Hidayatulloh kala itu sangat disanjung oleh seluruh bangsa wali?”
Dalam tarap kewalian, semua para waliyulloh tanpa terkecuali mereka semua sudah sangat memahami aakan segala tingkatan yang ada pada dirinya. dan dalam tingkatan ini tidak satupun dari mereka yang tidak tahu akan segala derajat yang dimiliki oleh wali lainnya, semua ini karena Allah SWT jauh-jauh telah memberi hawatief pada setiap diri para waliyulloh tentang segala hal yang menyangkut derajat kewalian seseorang.
Nah, sebagai pemahaman yang lebih jelas, dimana Allah SWT menunjuk seseorang menjadikannya derajat waliyulloh maka pada waktu yang bersamaan nabiyulloh Hidir AS yang diutus langsung oleh malaikat Jibril AS, akan mengabarkannya kepada seluruh para waliyulloh lainnya tentang pengangkatan wali yang barusan ditunjuk tadi sekaligus dengan derajat yang diembannya. disini misteri akan menuliskan tingkatan derajat kewalian seseorang dimulai dari tingkatan yang paling atas ” Quthbul Muthlak – Athman – Arba’ul ‘Amadu – Autad – Nukoba – Nujaba – Abdal dan seterusnya” Nah dari pembedaran ini wajar bila saat itu sekuruh wali jawa berbondong datang ngalaf ilmu ketanah Cirebon, karena tak lain didaerah tersebut telah bersemayam seorang derajat Quthbul Muthlak yang sangat dimulyakan akan derajat dan pemahaman ilmunya.
Kembali kecerita syeikh Siti Jenar, sejak adanya Syarif Hidayatulloh yang telah memegang penting dalam peranan kewalian hampir seluruh wali kala itu belajar arti ma’rifat kepadanya, diantara salah satunya adalah syeikh Siti Jenar sendiri.
Empat tahun para wali ikut bersamanya dalam “Husnul Ilmi Al Kamil” / menyempurnakan segala pemahaman ilmu. dan setelah itu Syarif Hidayatulloh menyarankan pada seluruh para wali untuk kembali ketempat asalnya masing-masing. mereka diwajibkan untuk membuka kembali pengajian secara umum sebagai syiar islam secara menyeluruh. Tentunya empat tahun bukan waktuyang sedikit bagi para wali kalaitu, mereka telah menemukan jati diri ilmu yang sesungguhnya lewat keluasan yang diajarkan oleh seorang derajat Quthbul Muthlak sehingga dengan kematangan yang mereka peroleh tidak semua dari mereka membuka kembali pesanggrahannya. Banyak diantara mereka yang setelah mendapat pelajaran dari Syarif Hidayatulloh, segala kecintaan ilmunya lebih diarahkan kesifat Hubbulloh / hanya cinta dan ingat kepada Allah semata. hal seperti ini terjadi dibeberapa pribadi para wali kala itu diantaranya Syeikh Siti Jenar, Sunan Kali Jaga, Sulthan Hasanuddin Banten, Pangeran Panjunan, Pangeran Kejaksan dan Syeikh Magelung Sakti. mereka lebih memilih hidup menyendiri dlaam kecintaannya terhadap Dzat Allah SWT, sehingga dengan cara yang mereka lakukan menjadikan hatinya tertutp untuk manusia lain. keyakinannya yang telah mencapai roh mahfud membuat tingkah lahiriyah mereka tidak stabil, mereka bagai orang gila yang tidak pernah punya rasa malu terhadap orang lain yang melihatnya. seperti halnya Syeikh Siti Jenar beliau banyak menunjukkan sifat khoarik / kesaktian ilmunya yang dipertontonkan didepan kalayak masyarakat umum, sedangkan sunan kali jaga sendiri setiap harinya selalu menaiki kuda lumping yang terbuat dari bahan anyaman bambu. sulthan Hasanuddin lebih banyak mengeluarkan fatwa dan selalu menasehati pada binatang yang dia temui. Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan kakak beradik ini setiap harinya selalu membawa rebana yang terus dibunyikan sambil tak henti-hentinya menyanyikan berbagai lagu cinta untuk tuannya Allah SWT. dan Syeikh Magelung Sakti lebih dominan hari-harinya selalu dimanfaatkan untuk bermain dengan anak-anak.
Lewat perjalanan merka para hubbulloh / zadabiyah / ingatannya hanya kepada Allah SWT semata. tiga tahun kemudian mereka telah bisa mengendalikan sifat kecintaannya dari sifat bangsa Dzat Allah, kembali kesifat asal yaitu syariat Dhohir. namun diantara mereka yang kedapatan sifat Dzat Allah ini hanya Syeikh Siti Jenar, yang tidak mau meninggalkan kecintaannya untuk tuannya semata (Allah). beliau lebih memilih melestarikan kecintaannya yang tak bisa terbendung, sehingga dengan tidak terkontrol fisik lahiriyahnya beliau banyak dimanfaatkan kalangan umum yang sama sekali tidak mengerti akan ilmu kewalian.
Sebagai seorang waliyulloh yang sedang menapaki derajat fana’, segala ucapan apapun yang dilontarkan oleh Syeikh Siti Jenar kala itu akan menjadi nyata, dan semua ini selalu dimanfaatkan oleh orang-orang  culas yang menginginkan ilmu kesaktiannya tanpa harus terlebih dahulu puasa dan ritual yang memberatkan dirinya. dengan dasar ini orang-orang yang memanfaatkan dirinya semakin bertambah banyak dan pada akhirnya mereka membuat sebuah perkumpulan untuk melawan para waliyulloh. dari kisah ini pula Syeikh Siti Jenar berkali kali dipanggil dalam sidang kewalian untuk cepat-cepat merubah sifatnya yang banyak dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, namun beliau tetap dalam pendiriannya untuk selalu memegang sifat Dzat Allah. bahakan dalam pandangan Syeikh Siti Jenar sendiri mengenai perihal orang-orang yang memanfaatkan dirinya, beliau mengungkapkannya dalam sidang terhormat para waliyulloh. “bagaimana diriku bisa marah maupun menolak apa yang yang diinginkan oleh orang yang memanfaatkanku mereka semua adalah makhluk Allah, yang mana setiap apa dikehendaki oleh mereka terhadap diriku, semua adlah ketentuanNya juga” lanjutnya ” diriku hanya sebagai perantara belaka dan segala yang mengabulkan tak lain dan takbukan hanya dialah Allah semata. karena sesungguhnya adanya diriku adanya dia dan tidak adanya diriku tidak adanya dia. Allah adalah diriku dan diriku adalah Allah, dimana diriku memberi ketentuan disitu pula Allah akan mengabulkannya. jadi janganlah salah paham akan ilmu Allah sesungguhnya, karena pada kesempatanmya nanti semua akan kembali lagi kepadaNya.
Dari pembedaran tadi sebenernya semua para waliyulloh , mengerti betul akan makna yang terkandung dari seorang yang sedang jatuh cinta kepada Tuhannya, dan semua waliyulloh yang ada dalam persidangan kala it tidak menyalahkan apa barusan yang diucapkan oleh Syeikh Siti Jenar. hanya saja permasalahannya kala itu, seluruh wali sedang menapaki pemahaman ilmu bersifat syar’i sebagai bahan dasar dari misi syi’ar Islam untuk disampaikan kepada seluruh masyarakat luas yang memang belum mempunyai keyakinan yang sangat kuat dalam memasuki pencerahan arti islam itu sendiri, wal hasil semua para wali pada saat itu merasa takut akan pemahaman dari Syeikh Siti Jenar yang sepantasnya pemahaman beliau ini hanya boleh didengar oleh orang yang sederajat dengannya, sebab bagaimanapun juga orang awam tidak akan bisa mengejar segala pemahaman yang dilontarkan oleh Syeikh Siti Jenar. sedangkan pada saat itu, Syeikh Siti Jenar yang sedang kedatangan sifat zadabiyah, beliau tidak bisa mengerem ucapannya yang bersifat ketauhidan, sehingga dengan cara yang dilakukannya ini membawa dampak kurang baik bagi masyarakat luas kala itu.
Nah, untuk menanggulangi sifat Syeihk Siti Jenar ini seluruh para wali akhirnya memohon petunjuk kepada Allah SWT, tentang suatu penyelesaian atas dirinya, dan hampir semua para wali ini mendapat hawatif yang sama yaitu ” Tiada jalan yang lebih baik bagi orang yang darahnya telah menyatu dengan Tuhannya, kecuali dia harus cepat-cepat dipertemukan dengan kekasihnya ” dari hasil hawatif para waliyulloh akhirnya Syeikh Siti Jenar dipertemukan dengan kekasihnya Allah SWT, lewat eksekusi pancung. dan cara ini bagi Syeikh Siti Jenar sendiri sangat diidamkannya. karena baginya mati adalah kebahagiaan yang membawanya kesebuah kenikmatan untuk selama-lamanya dalam naungan jannatun na’im.

KISAH GOA DALEM PALIMANAN






Pada masa Sunan Gunung Jati memimpin Kerajaan Cirebon, ada satu peristiwa yang sempat menggemparkan seluruh kerajaan. Banyak anak bayi yang baru berumur 15 hari hilang tanpa bekas. Peristiwa tersebut sangat meresahkan seluruh penduduk Cirebon.
Hebatnya bayi-bayi tersebut tidak ketahuan siapa yang mencurinya. Hal ini mengakibatkan penduduk melakukan penjagaan ketat di seluruh wilayah kerajaan terutama penduduk yang baru mempunyai bayi berumur 2 minggu tersebut. Tetapi tetap saja penculikan bayi terus terjadi dan makin membuat takut penduduk. Siapakah gerangan yang telah menculik bayi-bayi tersebut ?
Seluruh pejabat kerajaan Cirebon langsung mengadakan rapat untuk membicarakan dan mencari tahu apa dan siapa yang menyebabkan penculikan ini. Akhirnya Pangeran Patang Aji (anaknya Sunan Gunung Jati ) diberi tugas untuk menyelesaikan masalah ini dengan tuntas.
Segala cara telah dilakukan tetapi tetap saja penculikan masih terus terjadi. Hebat sekali orang yang menculik bayi-bayi tersebut pikir Pangeran Patang Aji karena dijaga ekstra ketatpun masih bisa lolos. Akhirnya Pangeran Patang Aji melakukan meditasi untuk mengetahui siapakah yang telah menculik bayi-bayi tersebut. Betapa kagetnya Pangeran Patang Aji setelah mengetahui sosok tersebut dari hasil meditasinya.
Ternyata yang menculik bayi-bayi tersebut adalah Siluman Wanita yang memang sengaja menculik dan memakannya sampai habis tubuh bayi-bayi tersebut. Tujuannya adalah Siluman Wanita dapat berubah menjadi wanita muda yang cantik dan sekaligus mendapatkan kekuatan agar bisa bertahan hidup di alam dunia.
Siluman wanita tersebut bernama Endang Banowati. Siluman wanita berwajah menyeramkan seperti Mak Lampir dengan rambut panjang yang tidak dirawat alias awut-awutan dan suka tertawa melengking yang dapat membuat bulu roma orang yang mendengarnya naik ke atas alias merinding disko. Memang Endang Banowati mempunyai kemampuan untuk menyirep orang sehingga tertidur pulas.
Pada suatu malam, Pangeran Patang Aji membuat sebuah perangkap di sebuah rumah penduduk yang isterinya baru mempunyai bayi berumur 15 hari. Dengan ilmu penangkal sirep dan cambuk saktinya maka dipancinglah Endang Banowati untuk datang ke rumah tersebut. Tepat jam 12 malam, terdengarlah suara tertawa melengking yang bisa membuat orang tertidur tapi dengan persiapan yang matang orang-orang yang berada di rumah tersebut tidak mempan.
Baru saja Endang Banowati mau masuk ke rumah dan ingin mengambil bayi yang berada di samping ibunya, langsung terhempas keluar. Rupanya bayi dan ibunya telah diisi ilmu penangkal lewat bacaan-bacaan Asma Allah SWT.
Saat terhempas itulah, Pangeran Patang Aji berusaha menahan Endang Banowati. Tetapi dengan licinnya Endang Banowati dapat melepaskan perangkap yang telah disiapkan sebelumnya. Dengan satu gerakan, Endang Banowati melesat meninggalkan rumah penduduk. Pangeran Patang Aji juga tidak menyerah dan mengejar Endang Banowati. Akhirnya Pangeran Patang Aji tiba di sebuah gua di daerah Palimanandan kebetulan hari menjelang subuh.
Pangeran Patang Aji dan beberapa anak buahnya menunggu di luar gua sambil memasang jaringan goib di muka gua dengan harapan Endang Banowati tidak bisa lagi keluar kemana-mana lagi atau diisolir di dalam gua. Pangeran Patang Aji sangat mengerti kalau Endang Banowati tidak akan mampu bertahan lama di dalam gua selama belum mendapatkan mangsanya.
Sampai menjelang maghrib lagi, terdengar suara teriakan yang keras dan melengking dengan emosinya. Beberapa kali Endang Banowati mau keluar terhalang jaringan goibnya Pangeran Patang Aji. Sementara kalau terus di dalam gua, Endang Banowati merasakan panas yang teramat sangat. Akhirnya Endang Banowati menyerah juga dan hanya bertahan di dalam gua selama 3 hari.
Endang Banowati memohon ampun kepada Pangeran Patang Aji karena sudah tidak kuat lagi menahan panas dan sakitnya yang menjadi-jadi akibat ilmu kanuragan yang dimiliki oleh Pangeran Patang Aji. Kemudian Pangeran Patang Aji memasuki gua untuk melihat situasi dan kondisi di dalam.
Tampak Endang Banowati bersembunyi di sebuah sudut ruangan gelap dalam gua agar tidak terkena sinar matahari. Dengan wajah yang merah dan sekujur tubuhnya melepuh, Endang Banowati bersujud memberikan penghormatan kepada Pangeran dan sekali lagi memohon ampun.
Betapa terkejutnya Pangeran Patang Aji ketika melihat beberapa potongan tubuh manusia kecil yang namapaknya tubuh bayi yang masih orok dan meninggalkan warna merah di potongan tubuh tersebut. Sisa tulang belulang yang berserakan di salah satu ruangan gua tersebut terasa saat diinjak. Pangeran Patang Aji tampak geram dan murka melihat suasana di ruangan tersebut. Apa yang telah dilakukan Endang Banowati terhadap bayi-bayi yang diculiknya ?
Endang Banowati dengan terpaksa menceritakan secara rinci segala yang telah diperbuatnya. Bayi-bayi tersebut dimakan dengan sangat buasnya dan kadang tanpa meninggalkan sisa potongan tubuh satupun. Biadab !!! Begitu teriakan Pangeran Patang Aji. Baru saja Pangeran Patang Aji ingin mengacungkan cambuknya, tiba-tiba Pangeran Patang Aji tersadar kalau Endang Banowati telah minta maaf dan bertobat walaupun Pangeran Patang Aji masih meragukannya.
Tapi Endang Banowati terus memohon maaf dan pengampunan karena dia melakukan hal tersebut dengan terpaksa agar bisa bertahan hidup di dunia dan dengan darah bayi umur 15 hari itulah yang bisa merubahnya menjadi wanita pada umumnya. Bayi yang dibutuhkan oleh Endang Banowati sebagai tumbal berjumlah 40 bayi tapi tinggal satu lagi (sudah 39 bayi yang dikorbankan) malah tertangkap oleh Pangeran Patang Aji.
Ketika didesak oleh Pangeran Patang Aji apa alasan sebenarnya Endang Banowati memakan bayi, maka terungkaplah kalau sebetulnya Endang Banowati ingin menjadi manusia dan merasa iri melihat kemuliaan seorang manusia. Pangeran Patang Aji mengatakan kalau itu sudah menjadi kuasa Allah SWT dan Endang Banowati harus menerima takdirnya.
Terus saja Endang Banowati menangis dan merintih betapa kurang beruntung nasibnya sementara untuk melakukan aksinya supaya bisa seperti manusia terhalang oleh perlawanan Pangeran Patang Aji. Endang Banowati terus memohon agar diberi kesempatan untuk menculik satu bayi lagi agar wujudnya bisa sempurna seperti seorang wanita.
Pangeran Patang Aji tetap pada pendiriannya untuk menolak permintaan Endang Banowati. Untuk itu Endang Banowati mengatakan lebih baik Pangreran Patang Aji membunuhnya saja daripada hidup tersiksa dan terisolir. Pangeran Patang Aji terenyuh juga mendengar perkataan Endang Banowati. Akhirnya dengan melakukan tafakur sejenak, Pangeran Patang Aji menemukan solusi atas permasalahan Endang Banowati.
”Hai Endang Banowati, Siluman Gua Palimanan. Ku telah menemukan jalan keluar untukmu tapi dengan satu syarat yang tidak dapat diganggu gugat ataupun dilanggar olehmu. Siapkah kau meneriwa tawaranku ? “
”Aku siap menerima tawaran Pangeran dengan segala resikonya dan tunduk kepada perintah Pangeran“
”Dengarkan apa yang kuucapkan“
”Baik Pangeran“
”Pasrah kepada Allah SWT dan memohon ampun kepadaNya. Dengan seijin Allah SWT, saya akan menikah denganmu dengan syarat kau harus masuk Islam seutuhnya. Kemudian kau dilarang untuk memakan atau membunuh bayi-bayi yang ada di seluruh kerajaan Cirebon khususnya dan yang ada di muka bumi ini pada umumya. Sebagai gantinya kami akan memberikan darah bayi segar yang diambil dari beberapa bayi yang ada di seluruh kerajaan pada hari Sabtu Pahing minggu pertama setiap bulannya. Apakah kau menerima tawaranku, Hai Endang Banowati Siluman Gua Palimanan ?“
Endang Banowati tampak diam sejenak dan menyatakan kesanggupannya untuk menerima tawaran Pangeran Patang Aji. Penerimaan Endang Banowati disambut suka cita oleh para prajurit yang ada di dalam gua. Ini berarti mengakhiri penculikan bayi-bayi yang selama 3 tahun mengganggu ketenangan penduduk Cirebon.
Kabar ini langsung disampaikan kepada Sunan Gunung Jati. Dengan penjelasan yang matang dan masuk akal oleh Pangeran Patang Aji, akhirnya Sunan Gunung Jati menyetujuinya dengan syarat semua ini dilakukan atas dasar lillahi ta’ala.
Bergerigi seperti lidah buaya


Beberapa bulan kemudian, pernikahan dilangsungkan secara tertutup dalam hukum Islam tanpa banyak orang mengetahuinya. Setelah menikah, Endang Banowati tetap tinggal di gua Palimanan dan sesekali dikunjungi oleh Pangeran Patang Aji sambil membawakan darah bayi untuk dijadikan santapan Endang Banowati. Endang Banowati sangat taat menjalankan perintah suaminya Pangeran Patang Aji dan tidak pernah lagi keluar gua kecuali menerima kedatangan suaminya.
Dari pernikahannya dengan Pangeran Patang Aji diperoleh anak tunggal berjenis kelamin laki-laki dan diberi nama Raden Kilab. Raden Kilab lahir layaknya manusia biasa tetapi yang membedakan adalah lidahnya bergerigi. Lidahnya yang bergerigi diturunkan dari ibunya Endang Banowati dimana saat memakan tulang bayi dulu, lidah terkena sayatan serpihan tulang bayi yang tajam dan menyerupai gerigi.

RADEN TARUHLINTANG

 
 
 
 
Kecantikan Dewi Arum Sari dari kerajaan Cirebon membuat banyak pangeran mencoba untuk mendapatkan hati Dewi Arum Sari. Tetapi Dewi Arum Sari tidak tertarik dengan para Pangeran itu.

Dewi Arum Sari teringat dengan seorang pria yang pernah menolongnya ketika dia diserang oleh perampok. Sayangnya sosok pria itu langsung pergi setelah menolong Dewi Arum Sari tanpa menyebutkan nama dan asal-usulnya. Sosok pria itu selalu membayangi hari-hari Dewi Arum Sari. Walaupun Dewi Arum Sari sangat mencintai sosok pria itu, Dewi Arum Sari tidak pernah mengungkapkan perasaannya itu kepada ayahnya karena Dewi Arum Sari tahu bahwa ayahnya sangat menginginkan mempunyai menantu seorang pangeran. Kecantikan Dewi Arum Sari ternyata tidak serta merta mendatangkan kebahagiaan. Dewi Arum Sari diculik oleh seorang raksasa bernama Wira Gora karena kecantikannya. Tidak ada prajurit istana yang bisa menghadang raksasa Wira Gora. Ayah Dewi Arum Sari sangat sedih atas hilangnya Dewi Arum Sari. Ayah Dewi Arum Sari kemudian membuat sayembara, “Barang siapa yang bisa mengembalikan Dewi Arum Sari, jika wanita akan dijadikan anak, jika pria akan dinikahkan dengan Dewi Arum Sari”. Dengan adanya sayembara itu, orang-orang dari seluruh negeri berusaha untuk membebaskan Dewi Arum Sari. Salah seorang di antara mereka adalah Raden Wira Santika. Raden Wira Santika terkenal dengan kepandaian ilmu bela dirinya. Orang-orang yang ikut perlombaan sebenarnya segan dengan Raden Wira Santika. Tetapi karena tergirur dengan hadiah yang ditawarkan, orang-orang tetap mengikuti sayembara.

Sementara itu di tengah hutan, Wira Gora yang membawa Dewi Arum Sari, bertemu dengan Raden Tarulintang. Raden Tarulintang adalah seorang pemuda yang tinggal di hutan dan berguru kepada Ki Tapak Jagat. Raden Tarulintang yang melihat Dewi Arum Sari di tangan raksasa Wira Gora berusaha untuk menyelamatkan Dewi Arum Sari. Tetapi kesaktian Wira Gora tidak bisa ditandingi oleh Raden Tarulintang. Raden Tarulintang berhasil dibuat babak belur oleh Wira Gora. Wira Gora kembali membawa Dewi Arum Sari pergi ke tempatnya. Raden Tarulintang yang babak belur kemudian ditolong oleh Ki Tapak Jagat.

Sementara itu, Raden Wira Santika dan orang-orang yang ikut sayembara memasuki hutan untuk mencari Dewi Arum Sari. Raden Wira Santika yang ingin mendapatkan Dewi Arum Sari kemudian membuat jebakan untuk peserta sayembara yang lain hingga membuat peserta sayembara yang lain tidak bisa lagi mengikuti sayembara. Hanya tinggal Raden Wira Santika sendiri yang mengikuti sayembara itu.

Raden Tarulintang diobati oleh Ki Tapak Jagat. Ternyata Raden Tarulintang mengenal Dewi Arum Sari. Raden Tarulintang kemudian mempelajari ilmu baru agar bisa mengalahkan Wira Gora. Raden Tarulintang berlatih dengan sungguh-sungguh karena dia merasa jatuh cinta kepada Dewi Arum Sari. Ternyata Raden Tarulintang adalah orang yang pernah menolong Dewi Arum Sari ketika dihadang perampok. Raden Tarulintang juga selalu terbayang-bayang wajah Dewi Arum Sari yang cantik.

Raden Wira Santika yang mencari Wira Gora akhirnya berhasil menemukan Dewi Arum Sari. Saat berhadapan dengan Wira Gora, Wira Gora langsung memberi hormat kepada Raden Wira Santika. Ternyata Raden Wira Santik adalah orang yang menyuruh Wira Gora untuk menculik Dewi Arum Sari. Wira Santika sangat dendam karena dia pernah ditolak oleh Dewi Arum Sari dan ingin memperistri Dewi Arum Sari secara paksa. Tetapi ketika Wira Santika mendengar sayembara yang diumumkan oleh ayah Dewi Arum Sari, Wira Santika ingin memenangkan sayembara itu agar bisa memperistri Dewi Arum Sari secara syah.

Ternyata informasi bahwa Wira Gora merupakan anak buah Wira Santika ini diketahui oleh Dewi Arum Sari. Dewi Arum Sari tidak mau menjadi istri dari Wira Santika. Wira Santika sudah membujuk Dewi Arum Sari dengan berbagai cara, tetapi Dewi Arum Sari tetap tidak mau menikah dengan Wira Santika. Akhirnya Wira Santika membuat Dewi Arum Sari jatuh cinta kepadanya dengan kekuatan dari Wira Gora. Wira Gora mempunyai kekuatan hipnotis yang susah untuk dihilangkan. Akhirnya Dewi Arum Sari mau menjadi istri Wira Santika. Pernikahan akan dilangsungkan di istana ayah Dewi Arum Sari. Wira Santika kemudian membawa Dewi Arum Sari kembali ke kerajaan.

Sementara itu, Raden Tarulintang yang mencari Wira Gora akhirnya berhasil menemukan persembunyian Wira Gora. Setelah terjadi pertarungan seru, Raden Tarulintang berhasil mengalahkan Wira Gora. Tetapi Raden Tarulintang tidak menemukan Dewi Arum Sari. Setelah dipaksa, akhirnya Wira Gora mengatakan bahwa Dewi Arum Sari sudah dibawa oleh Wira Santika ke istana. Tetapi Wira Gora mengatakan bahwa usaha Raden Tarulintang hanya akan sia-sia saja karena Dewi Arum Sari sekarang berada di bawah pengaruh ilmunya. Seberapapun usaha Raden Tarulintang tidak akan bisa berhasil karena ilmu Wira Gora hanya bisa dihilangkan dengan mendapatkan mustika ular. Demi cintanya kepada Dewi Arum Sari, Tarulintang pergi mencari mustika ular.

Mustika ular dikenal oleh rakyat kerajaan Cirebon sebagai mustika sakti. Untuk mendapatkannya pun tidak mudah. Banyak orang yang berusaha mendapatkan mustika ular untuk menambah kesaktiannya, tetapi orang-orang yang mencari mustika ular itu tidak pernah kembali lagi. Ular yang mempunyai mustika itu adalah ular raksasa yang tinggal di sebuah goa di gunung berapi.

Dewi Arum Sari dan Wira Santika tiba di istana. Semua senang menyambut kedatangan Dewi Arum Sari. Tetapi penasehat raja tidak senang dengan Wira Santika. Penasehat itu sudah tahu sepak terjang Wira Santika yang suka menindas rakyat kecil. penasehat khawatir dengan keadaan rakyat jika Wira Santika nanti diangkat menjadi raja. Ayah Dewi Arum Sari yang mengetahui hal itu tidak bisa membatalkan janjinya untuk menikahkan lelaki yang bisa menyelamatkan Dewi Arum Sari. Apalagi Dewi Arum Sari yang sudah dibawah pengaruh ilmu Wira Gora terlihat sangat mencintai Wira Santika. Pernikahan akan dilangsungkan tiga hari lagi.

Sementara itu Raden Tarulintang yang mencari mustika ular akhirnya berhasil menemukan ular yang mempunyai mustika di kepalanya. Ternyata ular raksasa yang mempunyai mustika itu sangat sakti. Raden Tarulintang sempat kewalahan. Tetapi, akhirnya Raden Tarulintang berhasil mendapatkan mustika ular itu. Raden Tarulintang langsung pergi ke istana.

Sudah tiga hari berlalu. Pernikahan antara Wira Santika dan Dewi Arum Sari akan segera digelar. Ayah Dewi Arum Sari terlihat hanya bisa pasrah. Sudah banyak tabib yang diam-diam disuruh untuk menyembuhkan Dewi Arum Sari, tetapi tidak ada satupun yang berhasil. Di saat terakhir pernikahan akan dilangsungkan, Raden Tarulintang datang sambil membawa batu mustika ular. Dewi Arum Sari berhasil disembuhkan. Wira Santika sangat marah dan menyerang Raden Tarulintang. Setelah terjadi perkelahian beberapa waktu lamanya, akhirnya Raden Tarulintang berhasil mengalahkan Wira Santika. Dewi Arum Sari sangat senang melihat Raden Tarulintang yang selama ini selalu diimpikannya. Akhirnya raja menikahkan Raden Tarulintang dan Dewi Arum Sari. Raden Tarulintang kemudian diangkat menjadi patih dengan gelar Dipati Arya Kusumah.